Dolar AS Sedang Garang, Rupiah Jadi Korban

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 May 2020 12:38
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (14/5/2020), bahkan menjadi yang terburuk di Asia. Padahal, Rabu kemarin rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Benua Kuning.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,27% ke Rp 14.890/US$. Depresiasi bertambah besar hingga 0,47% ke Rp 14.920/US$. Posisi rupiah sedikit membaik, dan berada di Rp 14.900/US$ atau melemah 0,34% pukul 12:00 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Nyaris semua mata uang utama Asia melemah hari ini, hanya yen Jepang yang berhasil menguat. Hal tersebut menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sedang memburuk.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia siang ini.



Kemarin rupiah mampu menguat 0,2%, meski tidak terlalu besar tapi cukup mengantarkannya menjadi yang terbaik di Asia.

rupiah sebenarnya dibayangi pelemahan akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah adanya risiko penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua. Sebabnya, pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) maupun social distancing.



China dan Korea Selatan yang sebelumnya sudah "menang" melawan virus corona kini harus kembali siaga akibat adanya penambahan kasus baru. Pemerintah China mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin.

Sementara itu Korea Selatan melaporkan penambahan 29 kasus. Penyebaran kasus baru di Negeri Gingseng tersebut terjadi di sebuah klub, dan hingga saat ini sudah 131 orang dinyatakan positif yang terkait dengan klub tersebut.

Meski dibayangi sentimen negatif, rupiah nyatanya masih mampu menguat kemarin berkat dolar AS yang sedang dalam mode "defensif' menyusul adanya isu penerapan suku bunga negatif di AS.

Tetapi isu tersebut dimentahkan kemarin malam (Rabu pagi waktu AS) oleh ketua Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell.

Powell mengatakan The Fed tidak memiliki rencana untuk menerapkan suku bunga negatif, tetapi instrument lainnya akan dimaksimalkan.

"Kami akan menggunakan instrumen yang kami miliki secara penuh sampai krisis ini terlalu dan pemulihan ekonomi mulai terjadi. Namun suku bunga negatif bukan sesuatu yang kami pertimbangkan," kata Powell dalam paparan di hadapan Kongres AS secara virtual.

Dikesampingkannya suku bunga negatif tentunya membuat dolar AS kembali perkasa dan rupiah berisiko melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (14/5/2020).

Apalagi, Powell memberikan outlook yang agak suram terkait ekonomi Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit.

"Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell.



Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.

"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.

Pernyataan Powell tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, sehingga mata uang yang dianggap safe haven seperti dolar AS kembali garang pada hari ini, begitu juga dengan yen Jepang.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular