Donald Trump Tuding Ada 'Mafia Saham', Siapa Mereka?

tahir saleh, CNBC Indonesia
14 May 2020 06:20
Presiden Donald Trump konferensi pers COVID-19. AP/Alex Brandon
Foto: Presiden Donald Trump konferensi pers COVID-19. AP/Alex Brandon

Jakarta, CNBC Indonesia - Cuitan Presiden AS Donald Trump di Twitter selalu menjadi sorotan publik. Kali ini Trump menuding para investor kaya yang dia sebut sebagai "rich guys" diduga kuat memanipulasi pasar saham dengan memberi pernyataan bernada negatif yang menghantam pasar lalu mengambil keuntungan dari kenaikan harga saham sesudahnya.

Dalam cuitan di Twitter @realdonaldtrump, pada Rabu (13/5/2020) waktu AS, Trump mewanti-wanti agar para investor dan pelaku pasar waspada terhadap "rich guys" yang memanfaatkan platform atau media mereka untuk berkomentar negatif terhadap pasar saham, dan kemudian cenderung mendapatkan keuntungan dengan bertaruh melawan tren pasar.

"Ketika mereka yang disebut "rich guys" [orang kaya] memberi pernyataan negatif soal pasar [saham], Anda harus selalu ingat bahwa beberapa [dari mereka] bertaruh besar terhadapnya, dan [di satu sisi] mengeruk banyak keuntungan jika [saham] turun," tweet Trump.


"Kemudian [pada saat yang sama], mereka dapat sentimen positif, dapat publikasi, yang besar, dan membuatnya [harga sahamnya] naik. Mereka mendapatkan Anda dengan dua skenario itu, ini hampir tidak legal?"

Hanya saja, Trump tidak menyebutkan secara eksplisit siapa yang dia maksud para orang kaya 'mafia saham' ini. Komentarnya ini sebetulnya mengikuti pernyataan manajer pengelola dana (hedge fund) para miliarder, Stanley Druckenmiller, pada Selasa malam tentang pasar saham yang dinilai terlalu tinggi secara historis.

"Risiko pasar saham mungkin jadi terburuk yang pernah saya rasakan dalam karier saya," kata Druckemiller kepada Economic Club of New York, dilansir CNBC International.

"Kartu liar di sini adalah The Fed [bank sentral AS] selalu dapat meningkatkan pembelian (aset) mereka," tegasnya. Druckemiller juga dikenal sebagai investor dan dermawan asal AS.


Druckenmiller, Chairman dan CEO Duquesne Family Office, juga menilai saat ini pasar bereaksi berlebihan terhadap berita kemajuan obat antiviral, seperti remdesivir buatan Gilead Sciences. Perusahaan ini pertama kali tercatat di Bursa Nasdaq, AS, pada Januari 1992 dengan kode saham GILD. Harga saham GILD juga menguat setelah mendapat sentimen remdesivir.

CNBC juga mencatat pasar saham AS sudah berhasil bangkit kembali dari posisi terendah pada Maret lalu karena investor punya ekspektasi tinggi soal pemulihan seiring dengan pembukaan kembali ekonomi setelah dilakukan pelonggaran karantina wilayah (lock down).

Setelah ambles 2 bulan lalu, Indeks S&P 500 bahkan sudah rebound alias balik arah lebih dari 30% dari level terbawah dan kini menguat 13% di bawah rekor tertinggi dari Februari lalu.

Adapun investor besar lain yang banyak bicara tentang pasar adalah Bill Ackman. Manajer dari Pershing Square ini sudah tampil di CNBC pada 18 Maret lalu. Ketika itu dia memperingatkan "neraka akan datang" dan memohon agar Gedung Putih menutup negara (lockdown) selama sebulan.

Ackman menghasilkan keuntungan bersih di saham lebih dari US$ 2 miliar atau Rp 30 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) per minggu setelah wawancara dirinya di TV.


Dia kemudian menggunakan hasil keuntungan itu untuk bertaruh pada saham-saham pilihan Pershing yang ada, termasuk memprediksi saham operator hotel Hilton Worldwide akan pulih. Namun dia menegaskan bahwa tudingan soal upayanya 'menyetir' pasar saham dengan komentar-komentarnya guna menunggu harga balik arah itu "tidak masuk akal."

Sementara itu, Jim Cramer, anchor dari CNBC dan mantan manajer hedge fund, juga berbagi sentimen yang sama dengan Trump, dia mengkritik Ackman karena bertaruh melawan pasar sambil bersikap apokaliptik (menyembunyikan sesuatu) di depan umum.

"Saya sudah mendapatkan [informasi soal] para miliarder ini," kata Cramer dalam program "Squawk on the Street" di CNBC.

Insider trading?
Menariknya, cuitan itu sudah di-retweet hingga 16.400 kali pada pukul 22.49 WIB tadi malam dan disukai 60.100 akun.

Komentar pun bermunculan, salah satunya netizen bernama akun @dvillella, yang mengatakan apakah Trump sudah bicara dengan Senator Kelly Loeffler yang juga dari Partai Republik, sama dengan Trump. Dvillella bahkan berbagi kanal berita dari Vox.com soal tuduhan adanya insider trading atau perdagangan orang dalam yang dilakukan Kelly Loeffer.

Menurut laporan Atlanta Journal-Constitution (AJC), dikutip Vox, Loeffler disebutkan mendapatkan keuntungan dari perdagangan saham bernilai jutaan dolar AS tak lama sebelum masyarakat disiagakan dengan parahnya pandemi Covid-19. Dia diketahui menjual saham-saham di industri yang terkena dampak buruk oleh coronavirus dan membeli saham perusahaan yang diuntungkan dari Covid-19.

Menurut pengungkapan keuangan terbarunya, yang diberikan oleh senator kepada AJC, transaksi terbesarnya melibatkan penjualan US$ 18,7 juta saham Intercontinental Exchange dalam tiga kali transaksi terpisah yakni pada 26 Februari dan 11 Maret.

Intercontinental Exchange adalah perusahaan yang mengoperasikan sedikitnya 12 bursa efek global dan bursa berjangka komoditas. Sejak Loeffler melakukan penjualan pertamanya, saham Intercontinental ambles 16%.

Loeffer pun berdalih 
transaksi yang dilakukan itu ditangani oleh penasihat keuangan dari pihak ketiga, karena dia adalah pejabat terpilih di AS dan suaminya, Jeffrey Sprecher, adalah Chairman New York Stock Exchange (Bursa NYSE, atau Wall Street) dan Chairman serta CEO dari perusahaan induknya NYSE, yakni Intercontinental Exchange.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/sef) Next Article Trump Dimakzulkan, Wall Street Tetap Akan Menghijau Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular