Fed Siram Bara Optimisme, Dow Jones Anjlok 220 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 May 2020 20:49
Specialist trader Meric Greenbaum works at his post on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., March 22, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok pada pembukaan perdagangan Rabu (13/5/2020) merespons pernyataan petinggi bank sentral AS bahwa ada risiko pelemahan yang signifikan di perekonomian AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 220 poin (-0,95%) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan tak berubah selang 15 menit sebesar 226,31 poin (-0,95%) ke 23.538,47. Indeks Nasdaq turun 33,13 poin (-0,37%) ke 8.969,42 dan S&P 500 tertekan 22,42 poin (-0,78%) ke 2.847,7.

"Meski respon kebijakan ekonomi telah tepat waktu dan cukup besar, ini mungkin bukan bab terakhir, karena jalur di depan sangat tidak pasti dan bisa terkena risiko penurunan yang signifikan," tutur bos The Fed Jerome Powell dalam pernyataan resminya via webcast.

Powell mengindikasikan bahwa perlu lebih banyak langkah yang diambil untuk menjaga ekonomi, meski menegaskan bahwa akan ada pemulihan substansial setelah virus terkendali.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan 20,5 juta pengangguran baru pada April, dan menjelang pembukaan kembali perekonomian di beberapa negara bagian yang dikhawatirkan bisa memicu gelombang kedua penyebaran virus corona.

Dari sisi pemerintah, indeks harga produsen periode April bakal dirilis, yang menurut polling Dow Jones terindikasi melemah 0,5%, melanjutkan koreksi Maret sebesar 0,2%. Indeks tersebut dilaporkan melemah selama masa pandemi terimbas harga minyak.

Terkait wabah COVID-19, pelaku pasar mencerna pernyataan Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS Anthony Fauci di depan Senat yang menilai bahwa vaksin sangatlah esensial untuk menghentikan penyebaran virus.

Namun, masih perlu waktu untuk mendapatkan vaksin tersebut, sementara dia mengaku khawatir bahwa pembukaan kembali perekonomian AS yang terlalu dini bisa memicu risiko makin meluasnya wabah tersebut.

Sejauh ini, negara-negara bagian AS masih berkomitmen untuk melonggarkan karantina wilayah (lockdown) guna menggerakkan roda perekonomian. Direktorat Kesehatan Masyarakat Los Angeles pada Selasa menyatakan bahwa perintah untuk tinggal di rumah akan dicabut Juli.

Dari luar negeri, isu hubungan AS dan China yang memanas juga kembali menjadi perhatian, setelah Senator Lindsey Graham mendorong pengesahan aturan untuk memaksa China bekerja sama dalam investigasi virus corona, atau bakal dikenai sanksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular