
Corona Jilid-2 Membawa Berkah, Obligasi RI Kembali Diburu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Rabu (13/5/2020) kembali menguat karena investor menghidar pasar ekuitas di tengah kekhawatiran serangan gelombang kedua Covid-19 setelah sejumlah negara mulai melonggarkan lockdown.
Pasar saham global mayoritas melemah di tengah kekhawatiran tentang gelombang kedua infeksi Covid-19 karena beberapa negara yang mulai membuka kembali aktivitas ekonomi. China, Jerman dan Korea Selatan telah melaporkan claster baru kasus virus corona, menyoroti potensi ancaman karena pembukaan kembali ekonomi yang dinilai terlalu cepat.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari dua seri acuan (benchmark). Kedua seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, sementara FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun mengalami pelemahan.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 11,70 basis poin (bps) menjadi 7,41%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 13 Mei'20
Seri | Jatuh tempo | Yield 12 Mei'20 (%) | Yield 13 Mei'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 13 Mei'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.528 | 7.411 | -11.70 | 7.2184 |
FR0082 | 10 tahun | 8.077 | 8.001 | -7.60 | 7.8339 |
FR0080 | 15 tahun | 8.238 | 8.24 | 0.20 | 8.1449 |
FR0083 | 20 tahun | 8.228 | 8.260 | 3.20 | 8.1736 |
Sumber: Refinitiv
Sementara itu, penguatan obligasi RI juga ditopang setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengeluarkan aturan dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional akibat dampak negatif dari Pandemi Virus Corona (COVID-19).
Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23/2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan negara untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau Menghadapi Ancaman yang membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional.
Dalam aturan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 150 triliun. Di mana, ada 4 fokus yang akan dilakukan yakni penyertaan modal negara (PMN), penempatan dana, investasi pemerintah, dan/atau penjaminan.
Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat. Indeks tersebut naik 0,71 poin (0,27%) menjadi 265,90 dari posisi kemarin 265,19.
Apresiasi di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Rabu ini (13/5/2020), rupiah menguat 0,2% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.850/US$ di pasar spot.
Obligasi RI Jadi Yang Terbaik Kedua
Naiknya harga SUN senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik kedua setelah obligasi Singapura.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield, kendati bervariatif. Surat utang negara yang paling menguat yaitu Singapura, yang mengalami penurunan tingkat yield 7,8 basis poin (bps). Sementara yang paling melemah adalah surat utang negara Brasil dengan kenaikan yield sebesar 36,5 bps.
Hal tersebut mencerminkan investor global kembali masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) yang dianggap lebih aman di bandingan dengan aset berisiko seperti pasar saham di tengah kekhawatiran akibat serangan pandemi virus corona jilid-2.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 12 Mei'20 (%) | Yield 13 Mei'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.76 | 8.125 | 36.50 |
China (A+) | 2.658 | 2.68 | 2.20 |
Jerman (AAA) | -0.501 | -0.535 | -3.40 |
Prancis (AA) | -0.014 | -0.048 | -3.40 |
Inggris Raya (AA) | 0.263 | 0.219 | -4.40 |
India (BBB-) | 6.165 | 6.098 | -6.70 |
Jepang (A) | -0.003 | 0.002 | 0.50 |
Malaysia (A-) | 2.855 | 2.891 | 3.60 |
Filipina (BBB) | 3.413 | 3.367 | -4.60 |
Rusia (BBB) | 5.91 | 5.9 | -1.00 |
Singapura (AAA) | 0.872 | 0.794 | -7.80 |
Thailand (BBB+) | 1.12 | 1.1 | -2.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.699 | 0.664 | -3.50 |
Afrika Selatan (BB+) | 9.42 | 9.46 | 4.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/hps) Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya