Saham Tekor, Emiten Milik Sandiaga Rugi Rp 6 T di Q1

tahir saleh, CNBC Indonesia
13 May 2020 07:42
Sandiaga Salahuddin Uno mengikuti seminar dan diskusi mengenai Kewirausahaan di Kerinci, Jambi. (Dok Tim Media Sandiaga Uno)
Foto: Sandiaga Salahuddin Uno mengikuti seminar dan diskusi mengenai Kewirausahaan di Kerinci, Jambi. (Dok Tim Media Sandiaga Uno)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten investasi milik pengusaha Sandiaga S. Uno dan Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), mencatatkan rugi bersih mencapai Rp 6,01 triliun pada kuartal I-2020, jatuh paling dalam mengingat di periode yang sama tahun lalu perseroan mampu membukukan laba bersih Rp 1,13 triliun.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan Q1-2020 di Bursa Efek Indonesia (BEI), rugi bersih ini dialami setelah pada periode 3 bulan pertama tahun ini mencatatkan kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek ekuitas mencapai Rp 5,90 triliun dari periode yang sama tahun 2019 yang untung investasi Rp 1,39 triliun.

Tak ada pendapatan dividen yang diterima SRTG, mereka hanya mendapatkan pendapatan bunga Rp 2,85 miliar, turun dari sebelumnya Rp 4,18 miliar.

Dengan demikian, rugi sebelum pajak tembus Rp 6,38 triliun dari sebelumnya laba sebelum pajak Rp 1,25 triliun. Adapun total aset perusahaan juga berkurang menjadi Rp 20,94 triliun per Maret 2020, dari Desember 2019 yakni sebesar Rp 26,66 triliun.


Juan Akbar lndraseno, Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan Saratoga, menjelaskan total aset memang menurun 21% atau sebesar Rp 5.717.789 juta (Rp 5,72 triliun, yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan nilai investasi pada saham sebesar Rp 5.731.256 juta (Rp 5,73 triliun).

"Hal ini disebabkan oleh pergerakan nilai wajar (fair value) harga saham perusahaan publik pada 31 Maret 2020 yang menurun sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya," katanya dalam surat penjelasan kepada BEI, dikutip Selasa (12/5/2020).

Dia mengatakan beberapa kepemilikan saham investasi SRTG yang turun signifikan adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) masing-masing sebesar Rp 2.754.426 juta (atau Rp 2,75 triliun) dan Rp 2.129.922 juta (Rp 2,13 triliun).

"Sementara itu, total liabilitas naik 7% atau sebesar Rp 288.005 juta [Rp 288 miliar] yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan nilai pinjaman dengan pihak bank," katanya.



Saham pemicu penurunan
Jika ditelisik dari laporan keuangan, disebutkan penurunan terbesar investasi saham yakni di sektor sumber daya alam (SDA) yang tekor alias rugi hingga Rp 3,07 triliun, dari sebelumnya laba Rp 509 miliar.

Kerugian investasi kedua SRTG adalah di saham-saham infrastruktur yang tekor hingga Rp 2,51 triliun dari sebelumnya untung Rp 512,66 miliar, dan kerugian investasi di saham-saham produk konsumen dengan kerugian Rp 483,21 miliar dari sebelumnya laba Rp 366,82 miliar.

Keuntungan hanya dialami pada investasi efek ekuitas lainnya sebesar Rp 165,29 miliar dari sebelumnya rugi Rp 4,02 miliar.

Secara rinci, saham sektor SDA, yakni ADRO dengan porsi langsung 3,74%, dan kepemilikan tidak langsung lewat perusahaan asosiasi PT Adaro Strategic Lestari 29,79%, dan tidak langsung lewat perusahaan asosiasi PT Adaro Strategic Capital sebesar 25%.

Kemudian PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) 19,74%, dan PT Provident Agro Tbk (PALM) 44,78%, lalu Interra Resources Ltd Singapura dengan porsi langsung 13,49% dan Sihayo Gold Plc Australia dengan porsi langsung 13,49%.

Investasi saham di sektor infrastruktur yakni di perusahaan publik di BEI, Bursa Singapura, dan juga non-publik. Emiten yang jadi investasi SRTG di sektor ini ialah TBIG dengan porsi investasi tak langsung sebesar 29,19% lewat PT Wahana Anugerah Sejahtera.

Lalu PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) dengan porsi kepemilikan langsung 7,12% dan Seroja Investment Limited Singapura 23,26% secara langsung.

Sementara itu untuk sektor produk konsumen yakni PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) dengan kepemilikan langsung 52,21%, PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) dengan kepemilikan langsung 8,33%.

Kejatuhan saham-saham investasi dari SRTG sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode tersebut. Bahkan year to date atau sejak Januari hingga Selasa (12/5), IHSG sudah ambles 27,16%. Sementara saham SRTG pada Selasa ini turun 0,35% di level Rp 2.870/saham, dan year to date minus 20,72%.

Sebagai informasi, induk SRTG adalah PT Unitras Pertama dengan pemegang saham mayoritas akhir perusahaan adalah Edwin Soeryadjaya. 

Secara lengkap, saham SRTG per 31 Maret 2020 dipegang Unitras Pertama sebesar 32,72%, sisanya Edwin Soeryadjaya 31,85%, Sandiaga Uno 21,51%, Michael WP Soeryadjaya 0,01%, Andi Esfandiari 0,02%, Devin Wirawan 0,00% dan investor publik 13,79%.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Catat! Emiten Milik Sandiaga Uno Siap Bagi Dividen Rp 149 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular