Isu Serangan Kedua Virus Corona Bikin Rupiah Tak Berdaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 May 2020 09:06
Rupiah
Ilustrasi Mata Uang (CNBC Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot. Investor mencemaskan kemungkinan terjadinya gelombang serangan kedua dari virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Pada Selasa (12/5/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.910 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,4% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Pekan lalu, investor berbunga-bunga karena sejumlah negara berencana dan telah melonggarkan pembatasan sosial (social distancing) seiring penyebaran virus corona yang mereda. AS, Spanyol, dan sejumlah negara Asia seperti Korea Selatan telah membuka sebagian aktivitas masyarakat yang terkunci selama berminggu-minggu.

Awalnya, ada harapan roda ekonomi yang berhenti berputar gara-gara social distancing bisa bergulir kembali. Nestapa yang terjadi pada kuartal II-2020 adalah kerak neraka, titik nadir, dan ekonomi dunia akan bangkit mulai kuartal III-2020.


Namun kini optimisme itu mulai pudar. Pasalnya, negara-negara yang melonggarkan social distancing malah mencatatkan kenaikan kasus corona baru. Lahir kecemasan datangnya gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona.

Data US Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan, jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam per 10 Mei adalah 1.300.696 orang. Naik 2,09% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kenaikan 2,09% sedikit lebih tinggi dari laju kenaikan harian pada 9 Mei yaitu 2,08%. Oleh karena itu, timbul ketakutan bahwa AS akan masuk ke jurang second wave outbreak dari virus corona.

Risiko ke arah sana sangat nyata, karena pelonggaran social distancing membuat intensitas interaksi dan kontak antar-manusia meningkat. Padahal virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat menyukai kerumunan.



Sementara di Spanyol, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona per 11 Mei adalah 224.390 orang. Bertambah 0,36% dibandingkan sehari sebelumnya.

Seperti di AS, laju pertumbuhan kasus harian pada 11 Mei lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yaitu 0,36%. Bahkan pada 9 Mei, pertumbuhannya mencapai 0,64%.




Kemudian di Korea Selatan, Korea Centers for Disease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona per 11 Mei adalah 10.909 orang. Naik 0,32% dibandingkan posisi per hari sebelumnya.

Seperti halnya di Spanyol, pertumbuhan kasus di Negeri Ginseng memang relatif rendah. Namun kenaikan 0,32% menjadi yang tertinggi sejak 9 April.





Hal yang juga mencemaskan terjadi di Jerman. Tingkat reproduksi virus corona di Negeri Panser kemarin berada di 1,07.

Angka ini memberi indikasi bahwa 100 orang yang sudah terinfeksi akan menginfeksi 107 orang lainnya. Artinya penyebaran terjadi dalam deret eksponensial, masih dalam tren bertambah.

"Sejak 9 April 2020, tingkat reproduksi (R) lebih tinggi dari 1. Kami menilai risiko kesehatan terhadap masyarakat Jerman secara umum masih tinggi, bahkan sangat tinggi untuk kelompok yang berisiko seperti para lanjut usia dan memiliki masalah kesehatan," sebut laporan harian Robert Koch Institute.

Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan negaranya sudah melalui situasi terburuk. Puncak pandemi virus corona sudah terlewati, sehingga pekan depan keran aktivitas mulai dibuka secara bertahap. Salah satunya adalah liga sepakbola Bundesliga.


Namun ternyata situasi tidak seindah yang dibayangkan. Risiko masih sangat tinggi, sehingga jangan-jangan kalau social distancing dilonggarkan terlalu awal malah memicu gelombang serangan kedua.

Risiko ini yang membuat investor masih ragu untuk bermain agresif. Ketidakpastian yang masih tinggi membuat pelaku pasar memilih bermain aman yaitu memegang uang tunai dalam bentuk dolar AS.

Tingginya minat terhadap mata uang Negeri Adidaya membuat nilai tukarnya menguat. Pada pukul 07:50 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,17%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah menguat 0,7%.



Keperkasaan dolar AS tentu membawa 'tumbal' yaitu depresiasi mata uang lainnya. Rupiah tidak terkecuali.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular