
Isu Serangan Kedua Virus Corona Bikin Rupiah Tak Berdaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 May 2020 09:06

Hal yang juga mencemaskan terjadi di Jerman. Tingkat reproduksi virus corona di Negeri Panser kemarin berada di 1,07.
Angka ini memberi indikasi bahwa 100 orang yang sudah terinfeksi akan menginfeksi 107 orang lainnya. Artinya penyebaran terjadi dalam deret eksponensial, masih dalam tren bertambah.
"Sejak 9 April 2020, tingkat reproduksi (R) lebih tinggi dari 1. Kami menilai risiko kesehatan terhadap masyarakat Jerman secara umum masih tinggi, bahkan sangat tinggi untuk kelompok yang berisiko seperti para lanjut usia dan memiliki masalah kesehatan," sebut laporan harian Robert Koch Institute.
Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan negaranya sudah melalui situasi terburuk. Puncak pandemi virus corona sudah terlewati, sehingga pekan depan keran aktivitas mulai dibuka secara bertahap. Salah satunya adalah liga sepakbola Bundesliga.
Namun ternyata situasi tidak seindah yang dibayangkan. Risiko masih sangat tinggi, sehingga jangan-jangan kalau social distancing dilonggarkan terlalu awal malah memicu gelombang serangan kedua.
Risiko ini yang membuat investor masih ragu untuk bermain agresif. Ketidakpastian yang masih tinggi membuat pelaku pasar memilih bermain aman yaitu memegang uang tunai dalam bentuk dolar AS.
Tingginya minat terhadap mata uang Negeri Adidaya membuat nilai tukarnya menguat. Pada pukul 07:50 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,17%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah menguat 0,7%.
Keperkasaan dolar AS tentu membawa 'tumbal' yaitu depresiasi mata uang lainnya. Rupiah tidak terkecuali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Angka ini memberi indikasi bahwa 100 orang yang sudah terinfeksi akan menginfeksi 107 orang lainnya. Artinya penyebaran terjadi dalam deret eksponensial, masih dalam tren bertambah.
"Sejak 9 April 2020, tingkat reproduksi (R) lebih tinggi dari 1. Kami menilai risiko kesehatan terhadap masyarakat Jerman secara umum masih tinggi, bahkan sangat tinggi untuk kelompok yang berisiko seperti para lanjut usia dan memiliki masalah kesehatan," sebut laporan harian Robert Koch Institute.
Namun ternyata situasi tidak seindah yang dibayangkan. Risiko masih sangat tinggi, sehingga jangan-jangan kalau social distancing dilonggarkan terlalu awal malah memicu gelombang serangan kedua.
Risiko ini yang membuat investor masih ragu untuk bermain agresif. Ketidakpastian yang masih tinggi membuat pelaku pasar memilih bermain aman yaitu memegang uang tunai dalam bentuk dolar AS.
Tingginya minat terhadap mata uang Negeri Adidaya membuat nilai tukarnya menguat. Pada pukul 07:50 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,17%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah menguat 0,7%.
Keperkasaan dolar AS tentu membawa 'tumbal' yaitu depresiasi mata uang lainnya. Rupiah tidak terkecuali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular