
Barat Ramai Longgarkan Lockdown, Rupiah Kembali Perkasa

Meski demikian, sentimen pelaku pasar yang sedang membaik menyusul pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) di negara-negara barat, membuat rupiah berbalik menguat.
Berdasarkan data Refinitiv, saat pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,07% ke Rp 14.900/US$ di pasar spot. Namun tidak lama, rupiah langsung berbalik menguat 0,2% ke Rp 14.860/US$ pada pukul 9:15 WIB.
Membaiknya sentimen pelaku pasar menjadi kunci bagi penguatan rupiah. Ketika sentimen membaik, maka aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi akan menjadi sasaran investasi, rupiah pun mendapat rejeki.
Setelah lama dinanti, Inggris akhirnya mengumumkan rencana pelonggaran lockdown, mengikuti negara-negara Eropa lainnya. Minggu kemarin, Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, mengumumkan mulai Senin (11/5/2020) mengizinkan warga yang tidak bisa work from home kembali bekerja, meski disarankan sebisa mungkin menghindari transportasi publik.
Warga Inggris juga sudah diperkenankan berolahraga secara terbatas mulai hari Rabu. PM Johnson akan memberikan lebih banyak detail pelonggaran lockdown hari ini.
Sementara itu dari Amerika Serikat, Jumat pekan lalu waktu setempat Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan April terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 20,5 juta orang, dan tingkat pengangguran melonjak menjadi 14,7%, yang merupakan level tertinggi sejak Perang Dunia II.
Kebijakan lockdown dan social distancing di AS guna meredam penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi penyebab ambruknya pasar tenaga kerja. Meski demikian, rilis tersebut masih lebih baik dibandingkan prediksi para ekonomi yang disurvei Dow Jones yang memprediksi berkurangnya 21,5 juta tenaga kerja dengan tingkat pengangguran sebesar 16%.
Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, bahkan memprediksi tingkat pengangguran Negeri Paman Sam akan mencapai 25%. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan risk appetite pelaku pasar, bursa saham AS tetap saja menguat di hari Jumat pekan lalu, dan mengirim hawa positif ke Asia pagi ini. Sebabnya, beberapa negara bagian di AS berencana melonggarkan lockdown, sehingga roda perekonomian bisa berputar kembali dan pasar tenaga kerja akan membaik.
Sementara itu dari dalam negeri, Kementerian Perekonomian pekan lalu mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni.
Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
"Itu merupakan kajian awal Kemenko Perekonomian, yang selama ini secara intens melakukan kajian dan kebijakan pemerintah menjelang, selama, dan pasca pandemi COVID-19," kata Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kajian awal yang beredar tersebut, lanjut Susiwijono sebagai antisipasi untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan pasca pandemi COVID-19 mereda.
Saat ini Kemenko Perekonomian sedang membahas secara intens dengan Kementerian dan Lembaga terkait guna mematangkan Kajian Awal tersebut.
"Dalam waktu dekat Kemenko Perekonomian akan melakukan finalisasi atas Kajian tersebut, dan akan disampaikan kepada masyarakat," tuturnya.
Kabar baik lainnya pada pekan lalu Bank Indonesia (BI) melaporkan kenaikan cadangan devisa di bulan April. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah. Cadangan devisa Indonesia pada April 2020 tercatat sebesar US$ 127,9 miliar, atau naik US$ 6,9 miliar dari bulan sebelumnya.
Pada bulan lalu, Pemerintah Indonesia menerbitkan global bond sebesar US$ 4,3 miliar dalam 3 bentuk surat berharga global yaitu Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan tersebut dilakukan guna mendanai stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah dalam memerangi pandemi Covid-19.
Kenaikan cadangan devisa tersebut tentunya menambah amunisi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah seandainya kembali mengalami gejolak di seperti di bulan Maret lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
