
Emas Dunia Tak Gerak, Emas Antam Turun Goceng ke Rp 862.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas spot dunia pada perdagangan sepekan ini hanya menguat tipis sebesar US$ 1,53 atau 0,09% menjadi US$ 1.700,65/troy ons pada penutupan dini hari tadi dari US$ 1.699,12 pada penutupan perdagangan Jumat lalu (1/5/2020), mengacu data Refinitiv.
Pegerakan harga emas relatif terbatas karena sejumlah sentimen yang saling tumpang tindih. Harapan wabah virus corona akan segera berakhir, dengan kebijakan pelonggaran lockdown di sejumlah negara Eropa dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS), bercampur dengan ketegangan dagang antara AS dan China.
Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif baru untuk Beijing seiring dengan merebaknya pandemi virus corona yang menginfeksi hingga 1 juta lebih warga AS.
Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).
Ancaman Trump tersebut kembali memunculkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya babak baru perang dagang AS-China jilid dua. Ketika ketegangan geopolitik terjadi maka aset aman (safe haven) seperti logam mulia emas menjadi diminati investor sebagai lindung nilai di masa ketidakpastian.
![]() Harga Emas Dunia |
Harga emas dunia memang bergerak antara keuntungan dan kerugian sepekan kemarin di tengah beragam sentimen dari kemungkinan trade war AS-China serta pasar tenaga kerja AS hingga rencana pelonggaran pembatasan wilayah (lockdown) di sejumlah negara guna menghidupkan kembali aktivitas ekonomi.
Sentimen positif kenaikan harga emas dunia terdorong oleh perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kehilangan sekitar 20,5 juta pekerjaan secara mengejutkan pada bulan April 2020. Sebuah angka penurunan paling tajam dalam daftar sejak Depresi Hebat (Great Depression).
Laporan ketenagakerjaan bulanan yang dirilis Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) hari Jumat waktu setempat menunjukkan bahwa tingkat pengangguran melonjak menjadi 14,7%, menghancurkan rekor pasca Perang Dunia II sebesar 10,8% pada November 1982.
Sementara ancaman Trump memunculkan kekhawatiran bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi global akan kembali berkecamuk dan membuat prospek ekonomi malah tambah suram, sehingga meningkatkan permintaan safe haven emas.
Kendati demikian, lonjakan harga emas dunia menjadi terpangkas yang dipicu oleh pelonggaran pembatasan wilayah (lockdown) di sejumlah negara guna menghidupkan kembali aktivitas roda perekonomian.
Investor menaruh harapan besar terhadap pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) yang diberlakukan di berbagai negara. Di Amerika Serikat (AS), Presiden Donald Trump mengubah fokus gugus tugas Covid-19 dari penanganan menjadi membuka kembali keran aktivitas masyarakat.
Sementara di Eropa, berbagai negara juga mulai berencana melonggarkan karantina wilayah (lockdown). Tidak terkecuali Jerman, perekonomian terbesar di Benua Biru.
Angela Merkel, Kanselir Jerman, mengumumkan bahwa Negeri Panser sudah melewati fase pertama penyebaran virus corona. Oleh karena itu relaksasi lockdown sudah bisa dilakukan.
Setelah lama dinanti, Inggris akhirnya mengumumkan akan melonggarkan lockdown, menyusul negara-negara besar lainnya seperti Jerman, Italia, Spanyol hingga Belanda. Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, Rabu kemarin mengatakan pelonggaran lockdown bisa dilakukan pada Senin (11/5/2020) pagi.
"Kami ingin, jika kami bisa, untuk melonggarkan lockdown pada hari Senin" kata PM Johnson di hadapan Parlemen Inggris, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meskipun harga emas dunia hanya naik tipis sepekan ini, namun kekhawatiran geopolitik kemungkinan menjadi penggerak harga emas untuk kembali menguat ke depannya.
Bank investasi global asal Swiss, UBS, memproyeksikan harga emas dunia berpotensi menembus level tertinggi tahun ini setelah menurun pada Maret lalu, bersamaan dengan koreksi yang dialami sejumlah aset investasi lain secara global termasuk pasar saham.
"Dalam pandangan kami, ada potensi bagi harga [emas] untuk bisa menembus US$ 1.800 [per troy ons]," kata Joni Teves, Ahli Strategi Logam Mulia di UBS Investment Bank, dalam program "Squawk Box Asia" di CNBC, dikutip Selasa (5/5/2020). Dalam waktu dekat, USB memiliki target harga emas bisa mencapai US$ 1.790/troy ons.
Prediksi itu didukung sentimen positif dari kecenderungan investor melirik aset safe haven alias instrumen investasi aman di tengah ketidakpastian global dan sektor riil yang juga masih negatif.
Harga emas dunia cenderung mengalami kenaikan di kala perekonomian menghadapi goncangan, investor beramai-ramai memburu emas untuk mencari perlindungan. Selain itu, apresiasi harga emas juga mendapat dukungan dari kebijakan bank sentral global yang menerapkan tingkat suku bunga rendah.
Sementara kebijakan bank sentral dalam memberikan pelonggaran kuantitatif (QE) dengan membeli aset-aset finansial berbasis utang seperti surat utang pemerintah, efek beragun aset residensial hingga obligasi korporasi memicu penurunan yield yang membuat emas menjadi lebih menarik di mata investor.
Jika emas mampu bertahan di level US$ 1.700/troy ons, maka bukan tidak mungkin emas bisa melanjutkan penguatannya ke level psikologis selanjutnya di US$ 1.800/troy ons.
Apakah kenaikan harga emas dunia ini dapat diikuti oleh naiknya harga emas Antam?