
Bukan Resesi, AS Diramal Depresi! Emas Siap Terbang Tinggi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2020 20:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat menjelang dibukanya perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Kamis (6/5/2020), kembali mendekati level US$ 1.700/US$. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berserta "produk turunannya" masih menjadi penopang penguatan harga emas, bahkan bisa melesat tinggi dalam beberapa bulan ke depan.
Pada pukul 19:40 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.694,76/troy ons, menguat 0,54% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pandemi Covid-19 memiliki "produk turunan" yakni resesi global akibat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang menyebabkan roda perekonomian melambat bahkan nyaris terhenti.
Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown yang dirilis pertengahan April lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi AS akan mengalami kontraksi pertumbuhan minus 5,3% pada tahun ini.
Tetapi kabar baiknya di tahun 2021, perekonomian global diprediksi bangkit dan tumbuh 4,7%. Itu Artinya kurva perekonomian akan V-shape, merosot dengan cepat, tetapi bangkitnya juga cepat.
Namun, kini banyak yang meragukan hal tersebut, bahkan memprediksi kurva akan berbentuk L-shape, artinya perekonomian merosot dan membutuhkan waktu lama untuk bisa bangkit, hingga mengalami depresi di tahun 2021.
Hal tersebut diungkapkan oleh Nouriel Roubini, profesor di New York University's Stern School of Business yang juga chairman dari Roubini Macro Associates LLC. Roubini merupakan orang yang memprediksi tahun 2008 akan terjadi krisis finansial global.
"Sayangnya, saya khawatir ada beberapa tren besar... yang saya sebut '10 Deadly D' yang akan membawa kita memasuki masa depresi di dekade ini." kata Roubini dalam sebuah wawancara di Bloomberg, sebagaimana dilansir Kitco.
Yang dimaksud '10 Deadly D' oleh Roubini diantaranya debt, deficit, deglobalization, currency devaluation, hingga environment disruption.
Saat dunia diramal mengalami resesi, harga emas sudah melesat naik hingga sempat menyentuh level US$ 1.746/troy ons pada 14 April lalu. Apalagi jika tanda-tanda mengarah ke depresi semakin nyata, emas tentunya bersiap untuk terbang tinggi.
Sayangnya Roubini tidak menyinggung masalah harga emas dunia, padahal di tahun 2013 ia pernah memprediksi emas akan menyentuh level US$ 1.000/troy ons. Prediskinya nyaris menjadi kenyataan, di bulan November 2015, emas merosot hingga menyentuh level US$ 1.045/troy ons.
Meski demikian, banyak analis lain yang memprediksi harga emas akan terbang tinggi. Bank of America (BofA) memprediksi emas akan ke US$ 3.000/troy ons bahkan dalam waktu 18 bulan ke depan.
Artinya BofA tidak lama lagi emas akan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons yang dicapai 6 September 2011, nyaris satu dekade yang lalu.
Terlihat luar biasa, tetapi jangan kaget dulu karena emas diprediksi bisa terbang lebih tinggi lagi. Ole Hansen, kepala ahli strategi komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons.
"Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu" kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.
Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Harga Emas Melejit Lagi Gegera Resesi 3 Benua, Cuan Berapa?
Pada pukul 19:40 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.694,76/troy ons, menguat 0,54% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pandemi Covid-19 memiliki "produk turunan" yakni resesi global akibat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang menyebabkan roda perekonomian melambat bahkan nyaris terhenti.
Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown yang dirilis pertengahan April lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi AS akan mengalami kontraksi pertumbuhan minus 5,3% pada tahun ini.
Tetapi kabar baiknya di tahun 2021, perekonomian global diprediksi bangkit dan tumbuh 4,7%. Itu Artinya kurva perekonomian akan V-shape, merosot dengan cepat, tetapi bangkitnya juga cepat.
Namun, kini banyak yang meragukan hal tersebut, bahkan memprediksi kurva akan berbentuk L-shape, artinya perekonomian merosot dan membutuhkan waktu lama untuk bisa bangkit, hingga mengalami depresi di tahun 2021.
Hal tersebut diungkapkan oleh Nouriel Roubini, profesor di New York University's Stern School of Business yang juga chairman dari Roubini Macro Associates LLC. Roubini merupakan orang yang memprediksi tahun 2008 akan terjadi krisis finansial global.
"Sayangnya, saya khawatir ada beberapa tren besar... yang saya sebut '10 Deadly D' yang akan membawa kita memasuki masa depresi di dekade ini." kata Roubini dalam sebuah wawancara di Bloomberg, sebagaimana dilansir Kitco.
Yang dimaksud '10 Deadly D' oleh Roubini diantaranya debt, deficit, deglobalization, currency devaluation, hingga environment disruption.
Saat dunia diramal mengalami resesi, harga emas sudah melesat naik hingga sempat menyentuh level US$ 1.746/troy ons pada 14 April lalu. Apalagi jika tanda-tanda mengarah ke depresi semakin nyata, emas tentunya bersiap untuk terbang tinggi.
Sayangnya Roubini tidak menyinggung masalah harga emas dunia, padahal di tahun 2013 ia pernah memprediksi emas akan menyentuh level US$ 1.000/troy ons. Prediskinya nyaris menjadi kenyataan, di bulan November 2015, emas merosot hingga menyentuh level US$ 1.045/troy ons.
Meski demikian, banyak analis lain yang memprediksi harga emas akan terbang tinggi. Bank of America (BofA) memprediksi emas akan ke US$ 3.000/troy ons bahkan dalam waktu 18 bulan ke depan.
Artinya BofA tidak lama lagi emas akan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons yang dicapai 6 September 2011, nyaris satu dekade yang lalu.
Terlihat luar biasa, tetapi jangan kaget dulu karena emas diprediksi bisa terbang lebih tinggi lagi. Ole Hansen, kepala ahli strategi komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons.
"Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu" kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.
Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Harga Emas Melejit Lagi Gegera Resesi 3 Benua, Cuan Berapa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular