Harga Minyak Naik Terus, Tanda Badai Sudah Berlalu?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 May 2020 09:31
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan mengalami kenaikan pada perdagangan pagi ini, Jumat (6/5/2020). Kenaikan harga minyak beberapa waktu terakhir ditengarai akibat berangsur membaiknya permintaan akibat pelonggaran pembatasan dan pemangkasan produksi.

Pada 08.45 WIB harga minyak mentah untuk kontrak pengiriman Juni 2020 melesat naik lebih dari 1%. Brent menguat 1,49% ke US$ 29,9/barel. Sementara itu di saat yang sama minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan sebesar 2% ke US$  24,02/barel.



"Tanda-tanda berangsur membaiknya permintaan bensin di AS dan pemangkasan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari (bpd) dalam beberapa pekan terakhir telah membuat harga minyak berangsur pulih" kata John Kilduff dari Again Capital, melansir CNBC International.

"Volatilitas masih mungkin akan terjadi. Namun tampaknya ada harapan dan anggapan bahwa hal-hal yang terburuk sudah kita lewati," tambahnya. 

Pada hari Rabu, data dari Administrasi Informasi Energi menunjukkan bahwa untuk pekan yang berakhir 1 Mei produksi turun 200.000 barel per hari (bpd) menjadi 11,9 bpd. Exxon, Chevron dan ConocoPhillips adalah beberapa di antara perusahaan yang telah memangkas produksi dalam menghadapi harga yang tertekan.

Sementara stok di A.S. masih meningkat. Pekan lalu, stok meningkat 4,6 juta barel, yang lebih kecil dari 8,67 juta barel yang diperkirakan analis, menurut FactSet. Dan sementara permintaan untuk bensin masih jauh di bawah tertinggi, data pemerintah menunjukkan bahwa ia mulai berbelok ketika negara membuka ekonomi mereka.

Analis energi Mizuho Paul Sankey mencatat bahwa minyak juga mendapat dorongan setelah Arab Saudi menaikkan harga jual minyak resminya, yang "mengurangi tekanan pada harga minyak mentah global."

"Mereka masih berjuang untuk pangsa pasar (melawan Irak / Iran terutama) di Asia, tetapi telah mundur dari persaingan pangsa pasar AS - tetapi sepenuhnya," tulisnya dalam catatan kepada klien Kamis .



[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article OPEC+ Pangkas 9,7 Juta Barel Produksi, Harga Minyak Meroket

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular