Hati-Hati, Besok Rupiah Bisa Tergelincir Lewati Rp 15.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2020 19:11
Ilustrasi Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tidak hanya menaikkan bea impor, Presiden Trump bahkan mengancam akan membatalkan kesepakatan dagang fase I yang dicapai pada bulan Januari lalu jika China gagal memenuhi janjinya untuk membeli barang dan jasa milik AS senilai US$ 200 miliar.

"Mereka mengambil keuntungan dari negara kita. Sekarang mereka harus membeli dan, jika mereka tidak membeli, kami akan mengakhiri kesepakatan. Sangat sederhana," kata Trump, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post awal pekan lalu.

Dalam kesepakatan dagang fase I, AS menurunkan bea masuk impor dari sebelumnya 15% menjadi 7,5% terhadap produk China senilai US$ 120 miliar. Sementara China akan membeli produk AS senilai 200 miliar dalam dua tahun ke depan.

Terus diserang tentunya membuat China mulai gerah, dan mempertimbangkan langkah-langkah balasan jika benar AS kembali menaikkan bea impor atau membatalkan kesepakatan dagang fase I.



"Perang" melawan Covid-19 masih belum berakhir, jika perang dagang kedua negara kembali berkecambuk, perekonomian global diramal akan mengalami resesi dalam waktu yang panjang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Peter Chatwell, kepala strategi multi-aset di Mizuho International Plc. London.

"Jika ini (perang dagang) tereskalasi maka sentimen akan rusak, dan harapan pemulihan ekonomi yang sebelumnya U-shape akan lebih mendatar menjadi L-shape" kata Chatwell sebagaimana dilansir Bloomberg News.

L-shape merupakan pemulihan ekonomi yang lebih dramatis ketimbang U-shape dan V-shape.

Merosotnya perekonomian global hingga mengalami resesi akibat pandemi Covid-19 di tahun ini diprediksi bisa segera bangkit ketika Covid-19 berhasil dihentikan, oleh karenanya perekonomian diprediksi akan membentuk kurva V-shape. Tetapi banyak yang meragukan hal tersebut, dan kurva U-shape dikatakan lebih tepat, dimana perekonomian mengalami resesi dan agak lama berada di bawah sebelum akhirnya bangkit.

Sementara dalam L-shape perekonomian global mengalami resesi, kemudian memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa pulih.

Jika tidak ada sentimen positif dari pasar finansial global hingga tengah malam nanti, risiko rupiah kembali ke atas Rp 15.000/US$ pada perdagangan besok akan semakin besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular