
Investor Pilih Cermati Relaksasi Lockdown, Dow Futures Lompat

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) bursa Amerika Serikat (AS) pada Selasa (4/5/2020) menguat di jalur hijau, setelah investor menemukan kembali kepercayaan untuk masuk bursa di tengah rencana pembukaan kembali ekonomi.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average lompat 215 poin, atau 0,9%, mengimplikasikan penguatan pada pembukaan nanti sebesar lebih dari 150 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq-100 juga menguat, di kisaran 1%.
Investor mengesampingkan kekhawatiran mereka seputar risiko gelombang kedua penyebaran virus yang berpeluang terjadi jika aktivitas bisnis dinormalisasi, sementara penyebaran virus belum teratasi.
Gubernur California Gavin Newsom pada Senin mengatakan bahwa beberapa peritel akan diizinkan membuka kembali usahanya mulai Jumat. Di tempat lain, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan jumlah pasien dan angka kematian baru kian menurun.
Mengiringi kabar tersebut, harga minyak mentah melesat 10% didorong spekulasi bahwa permintaan energi utama dunia ini akan membaik. Hari ini merupakan hari kelima emas hitam tersebut mencatatkan kenaikan harga.
Sepanjang Mei, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) telah melonjak 19%. Di Wall Street, saham migas yakni Marathon Petroleum menjadi pencetak reli terbesar di sesi pra-pembukaan Selasa.
Saham lain yang diuntungkan dari pembukaan kembali perekonomian, sehingga menguat di sesi pra-pembukaan adalah Starbucks, MGM dan Ford. Saham-saham teknologi yang kemarin menopang penguatan Wall Street juga menghijau yakni Microsoft, Apple, Amazon, dan Netflix.
"Konsentrasi [di saham tersebut] memicu keprihatinan seputar kesehatan dan keterjagaan reli dalam jangka panjang karena faktor likuiditas yang berlebih jadi pemicunya, dan bukannya aspek fundamental yang membaik," tutur Ken Johnson, analis strategi investasi Wells Fargo, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pada Senin, saham maskapai penerbangan didera aksi jual sebesar lebih dari 5%, yang menimpa Delta Airlines, United Airlines, dan American Airlines. Koreksi terjadi setelah sang "Suhu dari Omaha" Warren Buffett mengaku menjual habis seluruh kepemilikan sahamnya di sektor itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Kebijakan Pajak Biden Perberat Pergerakan Dow Futures dkk