
Emas Pagi Ini Turun Lagi, tapi Banyak yang Yakin ke US$ 1.800
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 May 2020 09:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas pada perdagangan pagi ini sedikit terpeleset, tapi banyak yang yakin prospek emas masih baik dan masih mampu menguat. Level psikologis terdekat yang berpotensi ditembus adalah US$ 1.800/troy ons.
Selasa (5/5/2020) pada 08.40 WIB, harga emas dunia di pasar spot turun 0,15% dibanding posisi penutupan kemarin. Memasuki bulan Mei harga emas berada di rentang level psikologis US$ 1.700/troy ons. Jika ditarik ke belakang, harga emas menguat 12% sepanjang tahun ini.
Penurunan harga logam mulia emas pagi ini salah satunya dipicu oleh sentimen mulai dilonggarkannya lockdown di berbagai negara di dunia seperti AS, Eropa dan bahkan Asia seperti India dan Thailand. Mulai bergeliatnya aktivitas ekonomi di negara-negara tersebut memunculkan harapan bahwa pemulihan ekonomi perlahan-lahan terjadi.
Logam mulia emas kembali memancarkan kilau penuh pesonanya yang membuat investor jatuh hati. Harga emas rebound setelah pasar porak poranda pada pertengahan Maret lalu setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi. Prospek ekonomi yang suram dan dibarengi dengan tingkat suku bunga yang negatif membuat emas semakin dilirik.
UBS Investment Bank meyakini level psikologis US$ 1.800 berpotensi ditembus. "Ada potensi (untuk emas) menembus level US$ 1.800 dalam pandangan saya" begitu kata Joni Teves seorang ahli logam mulia di UBS Investment Bank. Dalam wawancaranya dengan CNBC International di acara Squawk Box Senin kemarin (4/5/2020) Teves mengungkapkan target harga emas untuk jangka pendek adalah US$ 1.790/troy ons.
Pekan lalu, World Gold Council (WGC) merilis laporan tren permintaan logam mulia untuk kuartal pertama 2020. Dalam laporan tersebut WGC menyoroti bahwa pandemi Covid-19 merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi permintaan emas.
"Ketika skala pandemi dan dampak ekonomi mulai muncul, investor mencari aset safe haven," kata laporan itu. "Ada aliran dana masuk ke ETF Emas secara kuartalan dan menjadi tertinggi selama empat tahun di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan."
Sementara itu, UBS 'Teves mengatakan kenaikan harga emas telah didorong oleh peningkatan minat investor, terutama dari investor institusi. "Emas menjadi menarik dalam kondisi seperti sekarang ini di mana ketidakpastian sangat tinggi, pertumbuhan diperkirakan akan melemah, dan pada saat yang sama Anda memiliki return riil negatif yang membuat emas menarik untuk dipegang sebagai diversifikasi dalam portofolio investor," kata Teves.
Sementara itu, daya tarik emas juga dipengaruhi oleh tindakan pemerintah dan bank sentral global. "Pengeluaran besar pemerintah untuk merangsang perekonomian yang lesu akibat dihantam Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran atas utang di masa depan," kata David Lennox, seorang analis sumber daya di Fat Prophets kepada CNBC International melalui email.
Selain itu, ia menambahkan, akan ada penurunan nilai mata uang karena bank sentral memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi. "Mata uang Fiat setelah Covid-19 tidak akan menjadi tempat menarik untuk berinvestasi," tambahnya.
Sehingga yang perlu digarisbawahi di sini adalah masih adanya ketidakpastian yang masih tinggi seputar kapan pandemi Covid-19 akan berakhir dan kapan ekonomi dapat pulih kembali. Di sisi lain ketidakpastian juga muncul dari poros Washington-Beijing yang dikabarkan kembali merenggang.
Trump kembali menuduh China sebagai biang keladi penyebaran pandemi yang merebak sekarang ini. Trump menilai China telah membuat kesalahan besar yang tidak bisa ia toleransi, mengingat ekonomi AS pun luluh lantak dengan angka pengangguran mencapai 30,3 juta orang dalam sebulan dan ekonomi di kuartal satu minus 4,8% (annualized)
Fokus Trump saat ini bukan lagi menjalin tali kasih dengan rekan dagang sekaligus rivalnya dalam meraih tampuk kekuasaan global yakni Tiongkok. Taipan properti Paman Sam yang juga Presiden ke-45 AS itu juga memberikan ultimatum tak segan untuk kembali mengenakan bea masuk impor produk China seolah tak mempedulikan progress negosiasi dagang hingga mencapai kesepakatan awal Januari lalu.
Jika benar Trump akan mengeksekusi ancamannya tersebut, maka prospek ekonomi pun akan semakin suram. Periode pemulihan akan berjalan lambat dan semakin lama. Aset-aset safe haven seperti emas pun bisa laris manis diburu investor untuk mencari suaka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Investor Ambil Untung, tapi Kilau Emas Susah Pudar
Selasa (5/5/2020) pada 08.40 WIB, harga emas dunia di pasar spot turun 0,15% dibanding posisi penutupan kemarin. Memasuki bulan Mei harga emas berada di rentang level psikologis US$ 1.700/troy ons. Jika ditarik ke belakang, harga emas menguat 12% sepanjang tahun ini.
Penurunan harga logam mulia emas pagi ini salah satunya dipicu oleh sentimen mulai dilonggarkannya lockdown di berbagai negara di dunia seperti AS, Eropa dan bahkan Asia seperti India dan Thailand. Mulai bergeliatnya aktivitas ekonomi di negara-negara tersebut memunculkan harapan bahwa pemulihan ekonomi perlahan-lahan terjadi.
Logam mulia emas kembali memancarkan kilau penuh pesonanya yang membuat investor jatuh hati. Harga emas rebound setelah pasar porak poranda pada pertengahan Maret lalu setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi. Prospek ekonomi yang suram dan dibarengi dengan tingkat suku bunga yang negatif membuat emas semakin dilirik.
UBS Investment Bank meyakini level psikologis US$ 1.800 berpotensi ditembus. "Ada potensi (untuk emas) menembus level US$ 1.800 dalam pandangan saya" begitu kata Joni Teves seorang ahli logam mulia di UBS Investment Bank. Dalam wawancaranya dengan CNBC International di acara Squawk Box Senin kemarin (4/5/2020) Teves mengungkapkan target harga emas untuk jangka pendek adalah US$ 1.790/troy ons.
Pekan lalu, World Gold Council (WGC) merilis laporan tren permintaan logam mulia untuk kuartal pertama 2020. Dalam laporan tersebut WGC menyoroti bahwa pandemi Covid-19 merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi permintaan emas.
"Ketika skala pandemi dan dampak ekonomi mulai muncul, investor mencari aset safe haven," kata laporan itu. "Ada aliran dana masuk ke ETF Emas secara kuartalan dan menjadi tertinggi selama empat tahun di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan."
Sementara itu, UBS 'Teves mengatakan kenaikan harga emas telah didorong oleh peningkatan minat investor, terutama dari investor institusi. "Emas menjadi menarik dalam kondisi seperti sekarang ini di mana ketidakpastian sangat tinggi, pertumbuhan diperkirakan akan melemah, dan pada saat yang sama Anda memiliki return riil negatif yang membuat emas menarik untuk dipegang sebagai diversifikasi dalam portofolio investor," kata Teves.
Sementara itu, daya tarik emas juga dipengaruhi oleh tindakan pemerintah dan bank sentral global. "Pengeluaran besar pemerintah untuk merangsang perekonomian yang lesu akibat dihantam Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran atas utang di masa depan," kata David Lennox, seorang analis sumber daya di Fat Prophets kepada CNBC International melalui email.
Selain itu, ia menambahkan, akan ada penurunan nilai mata uang karena bank sentral memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi. "Mata uang Fiat setelah Covid-19 tidak akan menjadi tempat menarik untuk berinvestasi," tambahnya.
Sehingga yang perlu digarisbawahi di sini adalah masih adanya ketidakpastian yang masih tinggi seputar kapan pandemi Covid-19 akan berakhir dan kapan ekonomi dapat pulih kembali. Di sisi lain ketidakpastian juga muncul dari poros Washington-Beijing yang dikabarkan kembali merenggang.
Trump kembali menuduh China sebagai biang keladi penyebaran pandemi yang merebak sekarang ini. Trump menilai China telah membuat kesalahan besar yang tidak bisa ia toleransi, mengingat ekonomi AS pun luluh lantak dengan angka pengangguran mencapai 30,3 juta orang dalam sebulan dan ekonomi di kuartal satu minus 4,8% (annualized)
Fokus Trump saat ini bukan lagi menjalin tali kasih dengan rekan dagang sekaligus rivalnya dalam meraih tampuk kekuasaan global yakni Tiongkok. Taipan properti Paman Sam yang juga Presiden ke-45 AS itu juga memberikan ultimatum tak segan untuk kembali mengenakan bea masuk impor produk China seolah tak mempedulikan progress negosiasi dagang hingga mencapai kesepakatan awal Januari lalu.
Jika benar Trump akan mengeksekusi ancamannya tersebut, maka prospek ekonomi pun akan semakin suram. Periode pemulihan akan berjalan lambat dan semakin lama. Aset-aset safe haven seperti emas pun bisa laris manis diburu investor untuk mencari suaka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Investor Ambil Untung, tapi Kilau Emas Susah Pudar
Most Popular