
UBS Prediksi Harga Emas Bisa Tembus Rekor, Berapa?
tahir saleh, CNBC Indonesia
05 May 2020 06:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi global asal Swiss, UBS, memproyeksikan harga emas dunia berpotensi menembus level tertinggi tahun ini setelah menurun pada Maret lalu, bersamaan dengan koreksi yang dialami sejumlah aset investasi lain secara global termasuk pasar saham.
"Dalam pandangan kami, ada potensi bagi harga [emas] untuk bisa menembus US$ 1.800 [per troy ons]," kata Joni Teves, Ahli Strategi Logam Mulia di UBS Investment Bank, dalam program "Squawk Box Asia" di CNBC, dikutip Selasa (5/5/2020). Dalam waktu dekat, USB memiliki target harga emas bisa mencapai US$ 1.790/troy ons.
Sebagai catatan, 1 troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga jika harga emas mencapai US$ 1.800/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 896.985/gram (asumsi kurs Rp 15.500/US$).
Prediksi itu didukung sentimen positif dari kecenderungan investor melirik aset safe haven alias instrumen investasi aman di tengah ketidakpastian global dan sektor riil yang juga masih negatif.
Mengacu data CNBC, pada Senin sore (4/5/2020) waktu Singapura, harga emas di pasar spot yakni US$ 1.698,61/troy ons, hampir 12% sepanjang tahun ini.
Pekan lalu, World Gold Council juga merilis laporan tren permintaan emas untuk kuartal pertama 2020. Hasilnya, wabah global coronavirus adalah "faktor terbesar yang mempengaruhi permintaan emas dunia."
"Ketika skala pandemi - dan dampak ekonomi potensial - mulai muncul, investor mencari aset safe haven," kata laporan World Gold Council. "ETF emas [[exchange traded fund dengan aset dasar emas] juga tampak ada aliran masuk secara triwulanan tertinggi selama 4 tahun terakhir di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan," tulis laporan tersebut.
Lebih lanjut, Teves mengatakan pergerakan harga emas dunia telah didorong oleh" peningkatan minat investor, terutama dari investor institusi."
"Emas menjadi menarik saat kondisi seperti ini, di mana ketidakpastian sangat tinggi, pertumbuhan [ekonomi] juga diperkirakan akan melemah, dan pada saat yang sama sektor riil negatif yang membuat emas menarik untuk dipegang sebagai diversifikasi dalam portofolio investor," kata Teves.
Sementara itu, David Lennox, analis di Fat Prophets, mengatakan kepada CNBC melalui email bahwa sokongan terbesar bagi penguatan harga emas dunia ialah langkah yang dilakukan pemerintah dan bank sentral sejumlah negara dalam mencegah pandemi virus corona (Covid-19).
Dana jor-joran yang digelontorkan pemerintah untuk merangsang "ekonomi yang lesu" akibat dihantam Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran atas posisi utang di masa depan ketika virus nanti berlalu, kata Lennox, yang merupakan analis bidang sumber daya di perusahaan itu.
Selain itu, ia menambahkan, kurs mata uang juga menjadi terdepresiasi atau lebih rendah karena bank sentral memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi tumbuh.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, jadi ketika suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas lebih rendah, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS. Dengan begitu, ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
Sebelumnya, harga emas dunia juga terus diprediksi tembus level tertinggi di tengah pandemi virus corona yang mendera global. Proyeksi harga emas dunia sempat disebutkan bisa berada di level US$ 2.000/troy ons, kemudian lembaga lain pun ikut meramal harga emas global melebihi angka US$ 2.000.
Di akhir Maret, analis dari WingCapital Investment memprediksi harga emas bahkan tembus US$ 3.000/troy ons. Saat itu, level tersebut terlihat luar biasa tinggi bagi emas. Untuk diketahui, rekor tertinggi harga emas adalah US$ 1.920/troy ons yang dicapai 6 September 2011, nyaris satu dekade yang lalu.
Bank of America (BofA) juga memprediksi emas akan ke US$ 3.000/troy ons dalam 18 bulan ke depan. Jika harga emas mencapai US$ 3.000/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 1,5 juta.
(tas/sef) Next Article AS Tak Jadi Gagal Bayar Utang, Harga Emas Malah Bikin Sedih
"Dalam pandangan kami, ada potensi bagi harga [emas] untuk bisa menembus US$ 1.800 [per troy ons]," kata Joni Teves, Ahli Strategi Logam Mulia di UBS Investment Bank, dalam program "Squawk Box Asia" di CNBC, dikutip Selasa (5/5/2020). Dalam waktu dekat, USB memiliki target harga emas bisa mencapai US$ 1.790/troy ons.
Sebagai catatan, 1 troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga jika harga emas mencapai US$ 1.800/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 896.985/gram (asumsi kurs Rp 15.500/US$).
Mengacu data CNBC, pada Senin sore (4/5/2020) waktu Singapura, harga emas di pasar spot yakni US$ 1.698,61/troy ons, hampir 12% sepanjang tahun ini.
Pekan lalu, World Gold Council juga merilis laporan tren permintaan emas untuk kuartal pertama 2020. Hasilnya, wabah global coronavirus adalah "faktor terbesar yang mempengaruhi permintaan emas dunia."
"Ketika skala pandemi - dan dampak ekonomi potensial - mulai muncul, investor mencari aset safe haven," kata laporan World Gold Council. "ETF emas [[exchange traded fund dengan aset dasar emas] juga tampak ada aliran masuk secara triwulanan tertinggi selama 4 tahun terakhir di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan," tulis laporan tersebut.
Lebih lanjut, Teves mengatakan pergerakan harga emas dunia telah didorong oleh" peningkatan minat investor, terutama dari investor institusi."
"Emas menjadi menarik saat kondisi seperti ini, di mana ketidakpastian sangat tinggi, pertumbuhan [ekonomi] juga diperkirakan akan melemah, dan pada saat yang sama sektor riil negatif yang membuat emas menarik untuk dipegang sebagai diversifikasi dalam portofolio investor," kata Teves.
Sementara itu, David Lennox, analis di Fat Prophets, mengatakan kepada CNBC melalui email bahwa sokongan terbesar bagi penguatan harga emas dunia ialah langkah yang dilakukan pemerintah dan bank sentral sejumlah negara dalam mencegah pandemi virus corona (Covid-19).
Dana jor-joran yang digelontorkan pemerintah untuk merangsang "ekonomi yang lesu" akibat dihantam Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran atas posisi utang di masa depan ketika virus nanti berlalu, kata Lennox, yang merupakan analis bidang sumber daya di perusahaan itu.
Selain itu, ia menambahkan, kurs mata uang juga menjadi terdepresiasi atau lebih rendah karena bank sentral memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi tumbuh.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, jadi ketika suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas lebih rendah, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS. Dengan begitu, ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
Sebelumnya, harga emas dunia juga terus diprediksi tembus level tertinggi di tengah pandemi virus corona yang mendera global. Proyeksi harga emas dunia sempat disebutkan bisa berada di level US$ 2.000/troy ons, kemudian lembaga lain pun ikut meramal harga emas global melebihi angka US$ 2.000.
Di akhir Maret, analis dari WingCapital Investment memprediksi harga emas bahkan tembus US$ 3.000/troy ons. Saat itu, level tersebut terlihat luar biasa tinggi bagi emas. Untuk diketahui, rekor tertinggi harga emas adalah US$ 1.920/troy ons yang dicapai 6 September 2011, nyaris satu dekade yang lalu.
Bank of America (BofA) juga memprediksi emas akan ke US$ 3.000/troy ons dalam 18 bulan ke depan. Jika harga emas mencapai US$ 3.000/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 1,5 juta.
(tas/sef) Next Article AS Tak Jadi Gagal Bayar Utang, Harga Emas Malah Bikin Sedih
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular