
Luar Biasa! Kilau Emas Tak Ada Matinya, Harga Rekor Baru Lagi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 April 2020 10:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai melesat tajam kemarin, harga emas global di pasar spot hari ini masih mampu menguat. Apresiasi harga emas ini masih dipicu oleh kekhawatiran akan dampak dari pandemi corona ke perekonomian global.
Pada Selasa (14/4/2020) harga emas dunia di pasar spot melesat tajam ke level tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Pada 10.00 WIB harga emas spot berada di US$ 1.722,13/troy ons. Harga emas menguat 0,5% hari ini setelah kemarin ditutup dengan kenaikan 1,5%.
Kini harga emas sudah melampaui level psikologis US$ 1.700/troy ons dan bertengger di level tertinggi sejak 28 November 2012.
Kuartal pertama tahun 2020 telah dilalui, saat ini investor fokus pada rilis kinerja keuangan emiten saham AS. Bisa dipastikan akibat corona yang merebak di berbagai belahan dunia termasuk AS, kinerja keuangan korporasi akan jauh dari kata memuaskan.
Prospek ekonomi pun menjadi suram. Bahkan banyak ekonom yang menilai AS kini sudah memasuki periode resesi dengan melonjaknya klaim tunjangan pengangguran dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut Departemen Ketenagakerjaan AS, dalam tiga minggu belakangan ini sudah ada kurang lebih 15,8 juta orang yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran. Pandemi corona yang berbuntut pada social distancing memang membuat sektor dunia usaha menjadi ikut terdampak. PHK terjadi di mana-mana dan angka pengangguran meningkat pesat.
Kala ekonomi sedang tidak kondusif, emas sebagai aset safe haven menjadi dilirik oleh investor dan sebagai imbasnya harga si logam mulia jadi ikut terangkat. Penguatan harga emas juga tak terlepas dari peran bank sentral AS, yakni The Fed.
Diawali dengan membabat habis suku bunga acuan ke rentang target 0-0,25%, The Fed juga memulai kembali program pembelian aset atau yang lebih dikenal dengan quantitative easing (QE). Awalnya QE hanya dipatok sebesar US$ 700 miliar.
Namun seiring dengan perkembangan kasus corona yang kian merebak, akhirnya The Fed memutuskan untuk membeli berbagai jenis instrumen utang seperti obligasi pemerintah dan korporasi dengan nilai tak terbatas.
Tak sampai di situ saja upaya The Fed untuk meredam dampak pandemi terhadap perekonomian negeri Paman Sam. The Fed juga menggelontorkan stimulus lain dengan memberikan pinjaman lunak senilai US$ 2,3 triliun untuk UKM AS agar roda perekonomian terus berputar.
"Harga saham-saham di AS mengalami fluktuasi dan orang-orang yang tidak dapat menahan pergerakan seperti ini akan terus beralih ke emas," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, sebagaimana diwartakan Reuters.
"Saya masih berpikir inflasi yang akan datang adalah alasan terbesar mengapa emas masih diburu." Tambahnya.
Inflasi dianggap sebagai sentimen positif bagi emas, karena emas batangan dipandang sebagai aset penyimpan nilai yang aman ketika tekanan harga naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Investor Ambil Untung, tapi Kilau Emas Susah Pudar
Pada Selasa (14/4/2020) harga emas dunia di pasar spot melesat tajam ke level tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Pada 10.00 WIB harga emas spot berada di US$ 1.722,13/troy ons. Harga emas menguat 0,5% hari ini setelah kemarin ditutup dengan kenaikan 1,5%.
Kini harga emas sudah melampaui level psikologis US$ 1.700/troy ons dan bertengger di level tertinggi sejak 28 November 2012.
Kuartal pertama tahun 2020 telah dilalui, saat ini investor fokus pada rilis kinerja keuangan emiten saham AS. Bisa dipastikan akibat corona yang merebak di berbagai belahan dunia termasuk AS, kinerja keuangan korporasi akan jauh dari kata memuaskan.
Prospek ekonomi pun menjadi suram. Bahkan banyak ekonom yang menilai AS kini sudah memasuki periode resesi dengan melonjaknya klaim tunjangan pengangguran dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut Departemen Ketenagakerjaan AS, dalam tiga minggu belakangan ini sudah ada kurang lebih 15,8 juta orang yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran. Pandemi corona yang berbuntut pada social distancing memang membuat sektor dunia usaha menjadi ikut terdampak. PHK terjadi di mana-mana dan angka pengangguran meningkat pesat.
Kala ekonomi sedang tidak kondusif, emas sebagai aset safe haven menjadi dilirik oleh investor dan sebagai imbasnya harga si logam mulia jadi ikut terangkat. Penguatan harga emas juga tak terlepas dari peran bank sentral AS, yakni The Fed.
Diawali dengan membabat habis suku bunga acuan ke rentang target 0-0,25%, The Fed juga memulai kembali program pembelian aset atau yang lebih dikenal dengan quantitative easing (QE). Awalnya QE hanya dipatok sebesar US$ 700 miliar.
Namun seiring dengan perkembangan kasus corona yang kian merebak, akhirnya The Fed memutuskan untuk membeli berbagai jenis instrumen utang seperti obligasi pemerintah dan korporasi dengan nilai tak terbatas.
Tak sampai di situ saja upaya The Fed untuk meredam dampak pandemi terhadap perekonomian negeri Paman Sam. The Fed juga menggelontorkan stimulus lain dengan memberikan pinjaman lunak senilai US$ 2,3 triliun untuk UKM AS agar roda perekonomian terus berputar.
"Harga saham-saham di AS mengalami fluktuasi dan orang-orang yang tidak dapat menahan pergerakan seperti ini akan terus beralih ke emas," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, sebagaimana diwartakan Reuters.
"Saya masih berpikir inflasi yang akan datang adalah alasan terbesar mengapa emas masih diburu." Tambahnya.
Inflasi dianggap sebagai sentimen positif bagi emas, karena emas batangan dipandang sebagai aset penyimpan nilai yang aman ketika tekanan harga naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Investor Ambil Untung, tapi Kilau Emas Susah Pudar
Most Popular