Efek Covid-19

Northstar & TPG Gagal Cuan Rp 1,6 T, Kok Bisa?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
05 May 2020 07:09
Patrick Walujo (CNBC Indonesia/Arina Yulistara)
Foto: Patrick Walujo (CNBC Indonesia/Arina Yulistara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan bank investasi asal Italia, Compass Banca akhirnya membatalkan rencananya untuk membeli 19,9% saham perusahaan pembiayaan (multifinance) di Indonesia yang dikendalikan TPG dan Northstar, yakni PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN).

Padahal Compass Banca bersama Trinugraha Capital & Co. SCA, pemegang saham pengendali BFIN, telah menandatangani perjanjian jual beli saham pada Agustus 2018.

Manajemen Mediobanca SpA mengungkapkan pembatalan rencana strategis ini diketahui lantaran kondisi darurat kesehatan di Eropa akibat pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap bisnis perusahaan yang dimiliki Mediobanca, sehingga perseroan harus mengubah keputusan investasinya.

"Sejak darurat kesehatan terkait dengan Covid-19 yang semakin berubah secara tidak realistis, maka [ada perubahan] dalam hal keuangan perjanjian dan prioritas operasi perusahaan," tulis manajemen Mediobanca, dalam siaran pers di situs resminya, dikutip CNBC Indonesia, Senin (4/5/2020).

"Mengingat pertimbangan ini, pada 30 April 2020 Compass dan konsorsium Trinugraha sepakat mengakhiri perjanjian yang ditandatangani pada Agustus 2018," kata manajemen Mediobanca.

Sekretaris Perusahaan BFIN, Sudjono mengatakan perseroan sudah menerima surat dari Trinugraha perihal pembatalan perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Compass Banca SpA dan Star Finance S.R.L pada 30 April 2020.

"Bahwa pihak terkait dalam perjanjian jual beli saham tersebut di atas telah sepakat untuk tidak memperpanjang dan mengakhiri proses jual beli saham," kata Sudjono dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (4/5/2020).

Mengacu data BEI tersebut, diungkapkan bahwa pada 6 Agustus 2018, Trinugraha meneken perjanjian jual beli pada 3 Agustus 2018 di mana Trinugraha akan menjual sahamnya di BFI sebanyak 2.977.912.340 saham (2,97 miliar saham) kepada Compass, dan 1.646 juta saham kepada Star Finance SRL.

Saat ini, 42,8% sahamBFI dimiliki oleh konsorsiumTrinugraha Capital SA (yang antara lain terdiri dariTPG danNorthstar Group). Persentase saham tersebut secara jumlah mencapai 6.835.249.660 (6,83 miliar saham). Sisanya dimiliki oleh pemegang saham institusi lokal dan internasional, serta pemegang saham publik. Salah satu pemegang saham BFIN di antaranya NT Asian Discovery Fund yang memiliki 9,9% saham BFIN.

Nilai akuisisi tersebut, jika terealisasi misalnya dengan asumsi harga rata-rata saat ini Rp 314/saham, maka nilai akuisisi tersebut berpotensi mencapai Rp 935 miliar. Saham BFIN pada Senin kemarin (4/5/2020) minus 6,71% di level Rp 306/saham.

Namun jika mengacu pada harga tertinggi yang pernah dicatatkan BFIN pada periode Januari 2020 yakni di level Rp 570/saham, maka nilai akuisisi bisa mencapai Rp 1,69 triliun. Harga saham BFIN sudah turun 45,36% secara tahun berjalan atau year to date.

Sudjono mengatakan, karena transaksi jual beli saham ini adalah transaksi antara pemegang saham maka tidak ada dampak bagi kegiatan operasional perusahaan dan tidak terjadi perubahan pemegang saham pengendali perusahaan.



[Gambas:Video CNBC]

Manajemen Mediobanca menyatakan pada 3 Agustus 2018, Compass, yang 100% sahamnya dimiliki oleh Mediobanca, mengumumkan perjanjian mengakuisisi 19,9% dari BFI Finance Indonesia dari konsorsium Trinugraha yang saat itu memiliki 45,7% dari modal saham perusahaan tersebut.

BFIN dianggap sebagai salah satu multifinance terkemuka dalam kredit konsumen di Indonesia. "[Perusahaan ini] membanggakan [dari sisi] tingkat profitabilitas yang luar biasa, tingkat pertumbuhan dan kualitas aset," tulis pernyataan resmi Mediobanca.

Sebagai informasi, Mediobanca adalah perusahaan investasi yang sudah berdiri sejak 1946 di Italia dengan pendapatan tahunan berkisar 2,5 miliar euro atau Rp 41,25 triliun (asumsi kurs 16.500/euro). Perusahaan ini tercatat di Borsa Italiana, dengan kode saham BM, dan harga saham di level 5,26 euro pada perdagangan Senin (4/5/2020).

Rencana masuknya Mediobanca ke BFIN karena merupakan bagian dari proses berkesinambungan dari Grup Mediobanca untuk diversifikasi ke bisnis perbankan khusus, dengan mengincar perusahaan jasa keuangan dengan pertumbuhan tinggi, dan menguntungkan, sehingga bisa memberikan Compass peluang tambahan untuk menopang bisns induk di pasar Italia.

"Sejak penandatanganan perjanjian pembelian, konsorsium Trinugraha bersama-sama dengan manajemen BFI secara aktif bekerja memecahkan beberapa persoalan, terutama soal kasus hukum yang ada sebelumnya di Indonesia, yang melibatkan pemegang saham BFI lama dan menghambat penyelesaian transaksi ini," tulis Mediabanca.

"Masalah-masalah ini secara definitif diselesaikan pada akhir 2019 dan membuka kunci proses otorisasi peraturan yang relevan di Indonesia dan di Eropa, yang diperlukan untuk penutupan transaksi."

Hanya saja, hadirnya pandemi Covid-19 merusak semuanya sehingga perlu dibatalkan.

"Mengingat pertimbangan ini, pada 30 April 2020 Compass dan konsorsium Trinugraha sepakat mengakhiri perjanjian yang ditandatangani pada Agustus 2018," kata manajemen Mediobanca.

Namun setelah krisis saat ini berlalu, Compass bermaksud melanjutkan tinjauan ekspansi dengan mengeksplorasi peluang investasi yang ada di pasar, mencari calon potensial akuisisi di sektor keuangan sehingga bisa meningatkan profitabilitas perusahaan.

Dengan demikian, konsorsium Trinugraha (berisi TPG dan Northstar) gagal meraih cuan penjualan saham BFIN.

Northstar Group adalah perusahaan private equity yang berkantor pusat di Singapura dan mengelola lebih dari US$ 2 miliar (Rp 31 triliun, asumsi Rp 15.500/US$) yang diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang di Indonesia dan sebagian kecil di negara-negara lain di Asia Tenggara.

Situs resmi Northstar mencatat, sejak didirikan pada 2003, Grup Northstar berinvestasi di lebih dari 30 perusahaan di sektor perbankan, asuransi, konsumen/ritel, manufaktur, minyak dan gas, layanan batu bara dan pertambangan, teknologi, telekomunikasi, dan sektor agribisnis. Northstar Group sudah menginvestasikan lebih dari US$ 3 miliar demi pengembangan bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Perusahaan ini didirikan oleh Patrick Walujo bersama Glenn Sugita. Patrick Sebelumnya adalah Wakil Presiden Senior di Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo. Dia memulai kariernya di Goldman, Sachs & Co. dan bekerja di kantor London dan New York. Sementara Glenn
sebelumnya menjabat Senior Vice President PricewaterhouseCoopers Securities Indonesia, dan Associate Director PT Bahana Sekuritas.

Investasi mereka di Asia, di antaranya Gojek, Indomaret, ERA Real Estate, BFI Finance, Innovalues Pte Ltd (Malaysia, Thailand, China), dan PT Centrama Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Kemudian ada Bank BTPN, PT Delta Dunia Makmur Tbk  (PT Bukit Makmur Mandiri Utama), PT. Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk, Nera Telecommunication Ltd (Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara), Thai Credit Retail Bank, PT Trimegah Securities Indonesia Tbk, dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk.

Sementara, TPG atau dulu bernama Texas Pacific Group adalah perusahaan private equity yang sudah cukup lama berdiri. Di Asia, portofolio investasinya yakni BFI Finance, Bank BTPN, Lenovo, Book My Show, Manipal Hospitals, Novotech, Union Bank, Shenzhen Development Bank, Shang Pharma, dan Vietnam Australia International School.

Di Eropa, ada Ducati, Albireo, Spotify, Woolgate Exchange, Saxo Bank, dan Grohe.DI AS, ada Airbnb, Burger King, Continental Airlines, Cushman & Wakefield, Fender (Gitar), Fidelity National Financial, McAfee, Seagate, dan Vice (media).

Situs resmi mencatat, TPG didirikan pada 1992 oleh David Bonderman dan Jim Coulter. Perusahaan ini mengelola dana sekitar US$ 88 miliar yang diinvestasikan. Nilai itu setara Rp 1.364 triliun dana kelolaan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular