
Dolar AS di Bawah Rp 15.000, Rupiah Terkuat di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2020 10:05

Dari dalam negeri, faktor pendorong penguatan rupiah adalah karena mata uang ini sebelumnya sudah melemah dalam. Sejak awal tahun, bahkan rupiah masih melemah 7,35%.
Depresiasi yang dalam ini membuat rupiah terlalu 'murah'. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik untuk dikoleksi.
Fundamental penyokong rupiah juga semakin membaik. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2020 bakal di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2020, defisit transaksi berjalan bisa di bawah 2% PDB.
Artinya, pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa untuk menyokong rupiah akan lebih baik. Rupiah jadi punya alasan untuk menguat.
Dari sisi eksternal, risk appetite investor juga sedang tinggi karena kabar baik dari AS. Obat buatan Gilead Sciences Inc bernama remdesivir menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk melawan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Hasil uji coba pemerintah AS mengungkapkan bahwa pasien Covid-19 yang diberikan remdesivir punya peluang sembuh 31% lebih tinggi dibandingkan yang diberi obat 'jadi-jadian' (placebo). Anthony Fauci, Direktur US National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan hasil tersebut sangat signifikan.
"Ini kemajuan yang sangat penting. Ini akan jadi standar penanganan pasien," tegas Fauci, dikutip dari Reuters.
Kabar tersebut membuat pelaku pasar kembali memiliki semangat. Remdesivir tidak hanya diharapkan untuk menyembuhkan pasien corona, tetapi juga menyembuhkan ekonomi yang lumpuh akibat kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Depresiasi yang dalam ini membuat rupiah terlalu 'murah'. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik untuk dikoleksi.
Fundamental penyokong rupiah juga semakin membaik. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2020 bakal di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2020, defisit transaksi berjalan bisa di bawah 2% PDB.
Artinya, pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa untuk menyokong rupiah akan lebih baik. Rupiah jadi punya alasan untuk menguat.
Dari sisi eksternal, risk appetite investor juga sedang tinggi karena kabar baik dari AS. Obat buatan Gilead Sciences Inc bernama remdesivir menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk melawan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Hasil uji coba pemerintah AS mengungkapkan bahwa pasien Covid-19 yang diberikan remdesivir punya peluang sembuh 31% lebih tinggi dibandingkan yang diberi obat 'jadi-jadian' (placebo). Anthony Fauci, Direktur US National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan hasil tersebut sangat signifikan.
"Ini kemajuan yang sangat penting. Ini akan jadi standar penanganan pasien," tegas Fauci, dikutip dari Reuters.
Kabar tersebut membuat pelaku pasar kembali memiliki semangat. Remdesivir tidak hanya diharapkan untuk menyembuhkan pasien corona, tetapi juga menyembuhkan ekonomi yang lumpuh akibat kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular