
Obat Corona Jadi 'Obat Kuat' Buat Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2020 09:07

Selan itu, investor juga menyambut baik pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di AS yang ternyata belum menyebabkan lonjakan pasien corona baru. Per 29 April 2020, US Centers for Disease Control dan Prevetion mencatat jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam adalah 1.005.147 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 981.246 orang.
Meski masih bertambah, tetapi persentase laku pertumbuhannya cukup terkendali yaitu 2,44%. Sejak 15 April, laju pertumbuhan kasus corona di AS sudah stabil di bawah 5% dengan kecenderungan menurun.
Jika tren ini bisa dijaga, maka bukan tidak mungkin jumlah kasus akan menurun dalam waktu dekat. Puncak sudah semakin dekat, setelah itu saatnya 'turun gunung'.
Apabila virus corona semakin jinak, maka social distancing bisa lebih dikendurkan lagi. Aktivitas masyarakat akan berangsur normal dan roda ekonomi berputar kembali.
Namun membuat ekonomi bisa 'berlari' sepertinya masih butuh waktu. Sebab virus corona telah membuat luka yang teramat dalam, sehingga penyembuhannya tidak bisa cepat.
"Ekonomi sudah terjun bebas, mungkin kita akan mengalami sesuatu yang lebih buruk dari resesi yaitu depresi. Terlalu awal untuk bicara pemulihan, kita masih akan melihat kebangkrutan usaha kecil dan menengah," kata Sung Won Sohn, Prefesor Ekonomi di Loyola Marymount University yang berbasis di Los Angeles, seperti diwartakan Reuters.
Akan tetapi, sinyal bahwa ekonomi bisa bangkit berdiri saja sudah sangat melegakan. Setidaknya kita punya harapan bahwa badai pasti berlalu. Harapan ini kemudian diwujudkan oleh pelaku pasar dengan memburu aset-aset berisiko, termasuk di negara berkembang Asia seperti Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Meski masih bertambah, tetapi persentase laku pertumbuhannya cukup terkendali yaitu 2,44%. Sejak 15 April, laju pertumbuhan kasus corona di AS sudah stabil di bawah 5% dengan kecenderungan menurun.
Jika tren ini bisa dijaga, maka bukan tidak mungkin jumlah kasus akan menurun dalam waktu dekat. Puncak sudah semakin dekat, setelah itu saatnya 'turun gunung'.
Apabila virus corona semakin jinak, maka social distancing bisa lebih dikendurkan lagi. Aktivitas masyarakat akan berangsur normal dan roda ekonomi berputar kembali.
Namun membuat ekonomi bisa 'berlari' sepertinya masih butuh waktu. Sebab virus corona telah membuat luka yang teramat dalam, sehingga penyembuhannya tidak bisa cepat.
"Ekonomi sudah terjun bebas, mungkin kita akan mengalami sesuatu yang lebih buruk dari resesi yaitu depresi. Terlalu awal untuk bicara pemulihan, kita masih akan melihat kebangkrutan usaha kecil dan menengah," kata Sung Won Sohn, Prefesor Ekonomi di Loyola Marymount University yang berbasis di Los Angeles, seperti diwartakan Reuters.
Akan tetapi, sinyal bahwa ekonomi bisa bangkit berdiri saja sudah sangat melegakan. Setidaknya kita punya harapan bahwa badai pasti berlalu. Harapan ini kemudian diwujudkan oleh pelaku pasar dengan memburu aset-aset berisiko, termasuk di negara berkembang Asia seperti Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular