
Sempat Tertekan, Rupiah Terbang & Akhirnya Juara Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 April 2020 16:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak cukup liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (29/4/2020). Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah perkasa, tetapi penguatan tajam di bulan April membuat rupiah rentang diterpa aksi ambil untung (profit taking) sehingga rupiah bergerak cukup liar.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,2% di Rp 15.350/US$ penguatan bertambah menjadi 0,33% di Rp 14.330/US$. Saat itu, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia.
Tetapi sayangnya penguatan rupiah terpangkas bahkan sempat melemah 0,1% di Rp 15.395/US$ pada tengah hari, meski tidak lama dan kembali ke zona hijau.
Rupiah kembali menunjukkan gaya khasnya, melesat di menit-menit akhir hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 15.260/US$, menguat 0,78% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 18 Maret lalu.
Dengan penguatan itu, rupiah menjadi yang terbaik di Asia hingga pukul 15:10 WIB.Berikut perkembangan pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Rupiah yang langsung menguat di awal perdagangan cukup jarang terjadi sejak pekan lalu. Biasanya rupiah melemah pada perdagangan pagi, bahkan hingga menjelang penutupan perdagangan. Style alias gaya rupiah biasanya memangkas pelemahan di menit-menit akhir perdagangan, hingga akhirnya berbalik menguat.
Tetapi pada hari ini, rupiah langsung masuk ke zona hijau saat pembukaan perdagangan, sebabnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang memberikan paparan mengenai Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference.
Sejak pasar finansial bergejolak di bulan Maret, BI secara rutin memberikan update terbaru kondisi ekonomi dalam negeri.
Gubernur Perry kembali menebar optimisme di pasar keuangan hari ini. Pelemahan rupiah Selasa kemarin dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal.
Meski demikian BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.
"Pertama, dari sisi fundamental yang Rp 15.400/US$ sekarang ini undervalue. Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah dari yang kita perkirakan 2,5-3% PDB. Di Triwulan I-2020 di bawah 1,5% dari PDB dan di akhir tahun bisa di bawah 2% PDB," katanya.
"Sehingga kalau CAD [defisit transaksi berjalan] lebih rendah maka kebutuhan devisa jauh lebih rendah dan ini mendukung penguatan nilai tukar ke arah fundamental. Selain itu faktor teknikal seperti premi risiko akan dorong lebih kuat dari Rp 15.400/US$," imbuh Perry.
Lebih jauh Perry mengatakan, ke depan arus aliran modal asing juga masih akan terus masuk pasar uang. Apalagi jika nanti pandemi Covid-19 telah mereda, sehingga masih akan terus menguat, kata Perry, ke arah Rp 15.000/US$.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,2% di Rp 15.350/US$ penguatan bertambah menjadi 0,33% di Rp 14.330/US$. Saat itu, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia.
Tetapi sayangnya penguatan rupiah terpangkas bahkan sempat melemah 0,1% di Rp 15.395/US$ pada tengah hari, meski tidak lama dan kembali ke zona hijau.
Dengan penguatan itu, rupiah menjadi yang terbaik di Asia hingga pukul 15:10 WIB.Berikut perkembangan pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Rupiah yang langsung menguat di awal perdagangan cukup jarang terjadi sejak pekan lalu. Biasanya rupiah melemah pada perdagangan pagi, bahkan hingga menjelang penutupan perdagangan. Style alias gaya rupiah biasanya memangkas pelemahan di menit-menit akhir perdagangan, hingga akhirnya berbalik menguat.
Tetapi pada hari ini, rupiah langsung masuk ke zona hijau saat pembukaan perdagangan, sebabnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang memberikan paparan mengenai Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference.
Sejak pasar finansial bergejolak di bulan Maret, BI secara rutin memberikan update terbaru kondisi ekonomi dalam negeri.
Gubernur Perry kembali menebar optimisme di pasar keuangan hari ini. Pelemahan rupiah Selasa kemarin dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal.
Meski demikian BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.
"Pertama, dari sisi fundamental yang Rp 15.400/US$ sekarang ini undervalue. Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah dari yang kita perkirakan 2,5-3% PDB. Di Triwulan I-2020 di bawah 1,5% dari PDB dan di akhir tahun bisa di bawah 2% PDB," katanya.
"Sehingga kalau CAD [defisit transaksi berjalan] lebih rendah maka kebutuhan devisa jauh lebih rendah dan ini mendukung penguatan nilai tukar ke arah fundamental. Selain itu faktor teknikal seperti premi risiko akan dorong lebih kuat dari Rp 15.400/US$," imbuh Perry.
Lebih jauh Perry mengatakan, ke depan arus aliran modal asing juga masih akan terus masuk pasar uang. Apalagi jika nanti pandemi Covid-19 telah mereda, sehingga masih akan terus menguat, kata Perry, ke arah Rp 15.000/US$.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular