Nasib CPO, Makin Tak Berdaya Saat Harga Minyak Jatuh

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 April 2020 11:01
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas unggulan Negeri Jiran dan Indonesia yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih melanjutkan tren koreksinya seiring dengan jatuhnya harga minyak mentah.

Selasa (28/4/2020), harga CPO kontrak pengiriman Juli 2020 dibanderol RM 1.995 per metrik ton. Harga CPO turun 23 ringgit atau melemah 1,14% dibanding posisi penutupan pekan lalu.



Ambrolnya harga CPO tak terlepas dari kembali jatuhnya harga minyak mentah. Harga minyak mentah acuan Negeri Paman Sam yakni West Texas Intermediate (WTI) turun signifikan hingga 14,79%.

Penurunan harga minyak dipicu oleh rencana US Oil Fund yang berencana menjual semua kontrak pengiriman Juni dan beralih ke kontrak dengan jangka lebih panjang. Banjir pasokan minyak mentah menjadi penyebab utama anjloknya harga minyak.

Akibat pandemi virus corona (COVID-19) yang membuat roda perekonomian melambat dan nyaris berhenti karena lockdown, permintaan minyak mentah global diperkirakan anjlok 30 juta barel per hari (bpd).


Sementara itu, produksi hanya dipangkas 9,7 juta bpd dan baru akan dimulai Mei nanti oleh negara-negara produsen minyak seperti Arab, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+.

Anjloknya permintaan minyak secara signifikan dan tidak diimbangi dengan pemangkasan produksi minyak yang setara membuat keseimbangan supply dan demand berat sebelah.

Oversupply terjadi hingga kini banyak yang kebingungan menyimpan minyak yang tak dikonsumsi di mana lagi mengingat kapasitas storage hampir terisi penuh. Hal ini memicu harga minyak anjlok signifikan.

Seperti diketahui bersama, CPO merupakan salah satu bahan baku untuk membuat biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan substitusi bahan bakar fosil seperti minyak. Sehingga wajar bila pergerakan harga minyak turut menjadi sentimen yang menggerakkan harga CPO.

Di sisi lain, harga CPO sendiri juga tengah dibayangi oleh pelemahan permintaan akibat pandemi COVID-19 yang menghantam 185 negara dan teritori di seluruh dunia.

Walau ekspor minyak sawit Malaysia naik 8% dari bulan lalu jika mengacu pada survei yang dilakukan perusahaan pelacak kargo, tetap saja ekspor tergolong rendah mengingat ekspor Maret mengalami kontraksi.



Belum lagi bila menengok adanya ancaman yang datang dari potensi kenaikan produksi. Pada umumnya di kuartal kedua produksi CPO di Indonesia maupun Malaysia mengalami kenaikan.

Seasonality Produksi di Malaysia & Indonesia


Seasonality SawitFoto: Refinitiv



Tak bisa dipungkiri pandemi COVID-19 telah membuat dinamika pasar perubah. Keseimbangan antara permintaan dan pasokan menjadi goyah. Jika wabah tak segera dapat diatasi, maka dampak ekonominya akan makin serius dan permintaan terhadap komoditas terancam makin melemah dan harga pun bisa turun semakin dalam.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Minyak Anjlok Lagi, Apa Kabar Harga Batu Bara?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular