Rontok! Gegara Trump Harga Minyak Ambles 1% Lebih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 December 2020 12:10
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures minyak mentah drop lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, Rabu (23/12/2020). Peningkatan stok minyak AS dan ancaman Presiden Donald Trump tidak akan menandatangani bantuan stimulus fiskal jilid II.

Harga kontrak Brent ambles 1,38% ke US$ 49,39/barel sementara untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi lebih dalam 1,42% ke level US$ 46,35/barel. Harga minyak mentah Brent drop ke bawah US$ 50/barel setelah kuat di level tersebut sejak 14 Desember lalu.

Asosiasi industri minyak Amerika Serikat (API) mengumumkan stok minyak mentah AS pekan lalu naik sebanyak 2,7 juta barel. Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan stok minyak turun 3,2 juta barel.

Stok minyak distilat, yang meliputi diesel dan minyak pemanas serta bahan bakar jet, naik 1 juta barel, juga mengejutkan bila dibandingkan ekspektasi penurunan 904.000 barel. Namun, stok bensin turun 224.000 barel, berlawanan dengan ekspektasi kenaikan 1,2 juta barel.

Pasar masih menanti rilis resmi dari pemerintah AS dari EIA. Pekan sebelumnya API melaporkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami kenaikan. Namun rilis data EIA justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Apabila melihat realita tersebut masih ada kemungkinan stok minyak mentah di AS turun. 

Namun ada faktor lain yang membuat harga si emas hitam longsor pada perdagangan hari ini. Donald Trump mengancam tidak akan menandatangani paket stimulus fiskal yang bernilai US$ 900 miliar. Ia meminta nominalnya ditambah. 

Kasus Covid-19 terus melonjak di Amerika Serikat, dengan lebih dari satu juta kasus baru hanya dalam enam hari. Masyarakat Amerika diperingatkan lagi untuk menghindari kerumuman maupun bepergian saat Natal. Jelas hal ini akan mengurangi permintaan bahan bakar.

"Jika AS kembali mendekati tepi jurang penguncian Covid-19, itu bisa jadi lampu padam untuk reli minyak setidaknya 4-8 minggu lagi, belum lagi harga yang saat ini sudah meningkat," kata Stephen Innes ahli strategi pasar di Axi Corp kepada Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular