Harga Minyak Anjlok Lagi, Apa Kabar Harga Batu Bara?
28 April 2020 10:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara anjlok lagi kemarin. Pasar yang lesu akibat pandemi virus corona (COVID-19) serta kembali jatuhnya harga minyak menjadi tekanan bagi harga batu bara
Senin (27/4/2020), harga batu bara kontrak acuan Newcastle Australia ditutup di US$ 50,9/ton atau melemah 3,14% dari posisi sebelumnya.
Sebelum virus corona menyebar luas dan menjangkiti berbagai negara di penjuru dunia, walau harga batu bara cenderung stabil. Namun pandemi yang membuat pemerintah di berbagai negara di dunia mengambil langkah pembatasan sosial (social distancing) dan bahkan karantina wilayah (lockdown).
Konsekuensinya jelas besar. Orang-orang dipaksa tinggal diam di rumah. Pusat perbelanjaan sepi, perkantoran, pabrik dan sekolah menjadi sepi dan banyak yang libur. Akibatnya kebutuhan untuk listrik jadi tak banyak.
Jika mengacu pada data Asosiasi Batu Bara Dunia (WCA) sebanyak 38% pembangkit listrik global menggunakan tenaga batu bara. Dengan penurunan konsumsi listrik yang signifikan membuat permintaan batu bara juga melemah.
Di sisi lain, harga minyak yang tertekan lagi juga berpotensi membuat harga batu bara tertekan. Semalam harga minyak mentah acuan AS yakni WTI kontrak pengiriman Juni 2020 anjlok hingga 24% sementara Brent sebagai acuan internasional tergelincir 6%.
Pagi ini harga minyak mentah kembali melanjutkan tren koreksinya. Brent anjlok 4,55% sementara WTI ambrol 14,79%. Penurunan harga minyak dipicu oleh rencana US Oil Fund yang berencana menjual semua kontrak pengiriman Juni dan beralih ke kontrak dengan jangka lebih panjang.
Batu bara dan minyak merupakan sumber energi primer yang berasal dari fosil. Walau minyak dan batu bara penggunaannya berbeda, minyak untuk bahan bakar transportasi dan batu bara untuk pembangkit listrik. Namun pergerakan harga minyak juga turut menjadi sentimen bagi harga batu bara.
Dengan anjloknya harga minyak mentah dunia hari ini berpotensi memicu harga batu bara untuk semakin tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Senin (27/4/2020), harga batu bara kontrak acuan Newcastle Australia ditutup di US$ 50,9/ton atau melemah 3,14% dari posisi sebelumnya.
Sebelum virus corona menyebar luas dan menjangkiti berbagai negara di penjuru dunia, walau harga batu bara cenderung stabil. Namun pandemi yang membuat pemerintah di berbagai negara di dunia mengambil langkah pembatasan sosial (social distancing) dan bahkan karantina wilayah (lockdown).
Konsekuensinya jelas besar. Orang-orang dipaksa tinggal diam di rumah. Pusat perbelanjaan sepi, perkantoran, pabrik dan sekolah menjadi sepi dan banyak yang libur. Akibatnya kebutuhan untuk listrik jadi tak banyak.
Jika mengacu pada data Asosiasi Batu Bara Dunia (WCA) sebanyak 38% pembangkit listrik global menggunakan tenaga batu bara. Dengan penurunan konsumsi listrik yang signifikan membuat permintaan batu bara juga melemah.
Di sisi lain, harga minyak yang tertekan lagi juga berpotensi membuat harga batu bara tertekan. Semalam harga minyak mentah acuan AS yakni WTI kontrak pengiriman Juni 2020 anjlok hingga 24% sementara Brent sebagai acuan internasional tergelincir 6%.
Pagi ini harga minyak mentah kembali melanjutkan tren koreksinya. Brent anjlok 4,55% sementara WTI ambrol 14,79%. Penurunan harga minyak dipicu oleh rencana US Oil Fund yang berencana menjual semua kontrak pengiriman Juni dan beralih ke kontrak dengan jangka lebih panjang.
Batu bara dan minyak merupakan sumber energi primer yang berasal dari fosil. Walau minyak dan batu bara penggunaannya berbeda, minyak untuk bahan bakar transportasi dan batu bara untuk pembangkit listrik. Namun pergerakan harga minyak juga turut menjadi sentimen bagi harga batu bara.
Dengan anjloknya harga minyak mentah dunia hari ini berpotensi memicu harga batu bara untuk semakin tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
Awal Pekan IHSG Melaju di Zona Hijau, Menguat 1% Lebih
(twg/twg)