Larimu Kencang Betul, Rupiah! Jadi Kepleset Kan...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2020 09:10
rupiah, bi
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Apresiasi kencang yang dialami mata uang Tanah Air membuatnya rawan terkoreksi.

Pada Selasa (28/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 15.400 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,59 dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Dalam beberapa hari terakhir, rupiah kerap lolos dari lubang jarum. Dibuka melemah dan merah seharian, rupiah 'sprint' pada menit-menit perdagangan dan berhasil finis di jalur hijau.

Misalnya kemarin. Rupiah nyaris seharian melemah, tetapi pada pukul 14:55 WIB (lima menit sebelum tutup lapak) rupiah berhasil berbalik ke zona hijau dan menyelesaikan perdagangan dengan apresiasi 0,26% di hadapan dolar AS.


Hari ini, bukan tidak mungkin hal yang sama terulang. Akan tetapi, rupiah memang punya alasan untuk melemah. Bagaimana pun, rupiah sudah menguat sangat tajam sehingga rentan terserang aksi ambil untung (profit taking).

April boleh dibilang menjadi milik rupiah. Sejak awal bulan ini, rupiah sudah terapresiasi 5,46% di hadapan dolar AS.

Keuntungan yang didapat investor asing dari memegang rupiah tentu sudah lumayan besar. Oleh karena itu, suatu saat pasti akan tiba saatnya investor akan mencairkan keuntungan tersebut. Kala itu terjadi, rupiah akan tertekan karena aksi jual sehingga nilainya melemah.

Saya sekali rupiah tidak (atau belum) mampu memanfaatkan situasi pasar yang sebenarnya sedang kondusif. Risk appetite investor meninggi, terlihat dari penguatan di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 1,51%, S&P 500 bertambah 1,47%, dan Nasdaq Composite teangkat 1,11%.

Hari ini sentimen yang beredar cenderung positif terutama dari sisi eksternal. Investor bersemangat karena satu per satu negara mulai mengendurkan pembatasan sosial (social distancing) karena penularan virus corona yang mulai melambat.

Di AS, Negara Bagian Georgia, Montana, dan Mississppi mulai mengizinkan masyarakat kembali beraktivitas. Tiga negara bagian tersebut menyusul Alaska, Oklahoma, dan South Carolina yang sudah terlebih dulu menerapkan langkah serupa.

Presiden AS Donald Trump memang sudah memberi lampu hijau bagi negara bagian yang ingin melonggarkan social distancing. Syaratnya, tingkat penularan harus stabil rendah setidaknya dalam dua pekan.


Georgia, misalnya, sudah memenuhi syarat tersebut. Dalam 14 hari terakhir, data Departemen Kesehatan Georgia menyebutkan rata-rata persentase pertumbuhan kasus harian di negara bagian itu adalah 5,24%. Sudah jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian selama 13 Maret-27 April yang sebesar 30,65%.

 

"Saya tidak tahu apakah ini adalah langkah awal menuju aktivitas yang normal kembali. Namun setidaknya ini sudah suatu kemajuan," ujar Brian Mancuso, pemilik kedai Moe's Original BBQ di Georgia, seperti diberitakan Reuters.

Pandemi virus corona yang memaksa publik untuk #dirumahaja membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat. Saking lambatnya bahkan Negeri Adidaya diperkirakan bakal mengalami resesi paling parah sejak Depresi Besar pada 1930-an.

Namun perlahan kekhawatiran itu hilang. Apalagi jika kemudian tidak ada gelombang serangan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Aktivitas ekonomi akan kembali bergairah dan ekonomi tidak lagi terkontraksi (tumbuh negatif).



Pengenduran social distancing tidak hanya terjadi di AS. Mulai kemarin, pemerintah Spanyol telah memperbolehkan anak-anak di bawah usia 14 tahun untuk kembali beraktivitas. Maklum, virus corona memang lebih rentan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius bagi para lanjut usia.

Perdana Menteri Pedro Sanchez mengungkapkan, pemerintah berencana untuk mengizinkan orang dewasa kembali beraktivitas paling cepat pada 2 Mei alias pekan depan. Dengan catatan, kasus corona di Spanyol terus terkendali dan tidak ada lonjakan.

"Kami tidak akan membuka begitu saja seluruh aktivitas. Harus bertahap, tidak bisa disamaratakan," kata Sanchez, sebagaimana diwartakan Reuters.


Mengutip data Kementerian Kesehatan, Perlindungan Konsumen, dan Kesejahteraan Rakyat Negeri Matador, jumlah kasus corona per 26 April adalah 236.199. Naik 4,22% dibandingkan posisi per hari sebelumnya.

Meski masih ada kenaikan, persentase laju pertumbuhan harian kasus corona di Spanyol sudah jauh membaik. Kenaikan 4,22% jauh lebih rendah dibandingkan rerata pertumbuhan harian selama 3 Maret-26 April yang mencapai 24,56%.



Perkembangan di AS, Spanyol, dan berbagai negara lainnya yang mulai berani membuka keran aktivitas ekonomi membuat optimisme investor menebal. Badai corona tidak akan datang selamanya, dia pasti akan berlalu. Ketika badai ini berlalu, maka ekonomi akan bangkit dan bisa kembali berlari kencang.

Harapan ini ditranslasikan dengan tingginya minat terhadap aset-aset berisiko. Tidak ada lagi istilah bermain aman, sehingga arus modal asing berkenan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular