
Bank of Japan Guyur Stimulus, Yen Hajar Dolar AS & Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 April 2020 14:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah pada perdagangan Senin (27/8/2020). Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang menggelontorkan stimulus ribuan triliun kali ini membuat yen menguat.
Pada pukul 13:30 WIB, yen menguat 0,33% melawan dolar AS di 107,14/US$, sementara melawan rupiah melesat 0,63% di Rp 143,65/JPY di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, BoJ mengatakan akan melakukan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas guna meredam dampak penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) ke perekonomian.
Kebijakan tersebut sama dengan bank sentral AS (The Fed) yang diumumkan Maret lalu, melakukan pembelian aset berapa pun yang diperlukan, alias tanpa batas.
Dengan kebijakan tersebut, perekonomian Jepang akan mengalami banjir likuiditas. Dalam kondisi normal, banjir likuiditas justru membuat nilai tukar mata uang melemah. Tetapi dalam kondisi pandemi Covid-19, hal tersebut malah menguatkan mata uang.
Sebabnya, tingkat kepercayaan pelaku pasar akan terangkat, ekspektasi perekonomian akan segera bangkit setelah Covid-19 berhasil dihentikan semakin membuncah.
Para pelaku pasar dikatakan akan berinvestasi di negara yang cepat menangani Covid-19 dan tidak melihat yield tinggi.
"Perlambatan ekonomi terjadi di mana-mana sehingga investor tidak punya banyak pilihan. Kami melihat virus corona membuat investor tidak lagi melihat imbalan dalam berinvestasi. Investor memilih aset di negara yang dipandang virus corona lebih bisa dijinakkan melalui langkah-langkah penanggulangan," kata Stephen Innes, Chief Global Market di AxiCorp, seperti dikutip dari Reuters.
BoJ dalam pengumuman kali ini menghilangkan batas QE senilai 80 triliun yen per tahun, sehingga diartikan sebagai QE tanpa batas.
Dengan menghapus batas QE 80 triliun yen per tahun, BOJ dikatakan akan lebih mudah saat mulai mengetatkan moneter ketika kondisi ekonomi sudah mulai normal, dan inflasi mendekati target bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut.
"Bagi BOJ, menghapus batas QE seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu. Karena BoJ dapat meningkatkan pembelian aset saat ini, dan menguranginya jika ingin mengakhiri kebijakan moneter ultra longgar" kata Toru Soehiro, ekonom senior di Mizuho Securities, sebagaimana dilansir Reuters.
Panduan kebijakan moneter bank sentral sangat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan, apalagi bank sentral utama dunia seperti BoJ. Program QE cenderung membuat aset-aset berisiko menguat, tetapi ketika bank sentral mengumumkan akan mengurangi jumlah QE, aksi jual akan terjadi dan membuat pasar bergejolak.
Hal ini pernah terjadi pada tahun 2013, ketika The Fed mengumumkan akan mengurangi nilai QE, pasar pun bergejolak saat itu, mata uang negara emerging market, yang dikenal dengan istilah "taper tantrum"
Dengan hilangnya batas nilai QE 80 triliun per tahun, ke depannya BoJ tentunya tidak perlu lagi memberikan panduan berapa nilai QE yang akan dikurangi saat mulai menghentikan kebijakan moneter ultra longgar, sehingga meminimalisir gejolak di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 13:30 WIB, yen menguat 0,33% melawan dolar AS di 107,14/US$, sementara melawan rupiah melesat 0,63% di Rp 143,65/JPY di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, BoJ mengatakan akan melakukan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas guna meredam dampak penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) ke perekonomian.
Kebijakan tersebut sama dengan bank sentral AS (The Fed) yang diumumkan Maret lalu, melakukan pembelian aset berapa pun yang diperlukan, alias tanpa batas.
Dengan kebijakan tersebut, perekonomian Jepang akan mengalami banjir likuiditas. Dalam kondisi normal, banjir likuiditas justru membuat nilai tukar mata uang melemah. Tetapi dalam kondisi pandemi Covid-19, hal tersebut malah menguatkan mata uang.
Sebabnya, tingkat kepercayaan pelaku pasar akan terangkat, ekspektasi perekonomian akan segera bangkit setelah Covid-19 berhasil dihentikan semakin membuncah.
Para pelaku pasar dikatakan akan berinvestasi di negara yang cepat menangani Covid-19 dan tidak melihat yield tinggi.
"Perlambatan ekonomi terjadi di mana-mana sehingga investor tidak punya banyak pilihan. Kami melihat virus corona membuat investor tidak lagi melihat imbalan dalam berinvestasi. Investor memilih aset di negara yang dipandang virus corona lebih bisa dijinakkan melalui langkah-langkah penanggulangan," kata Stephen Innes, Chief Global Market di AxiCorp, seperti dikutip dari Reuters.
BoJ dalam pengumuman kali ini menghilangkan batas QE senilai 80 triliun yen per tahun, sehingga diartikan sebagai QE tanpa batas.
Dengan menghapus batas QE 80 triliun yen per tahun, BOJ dikatakan akan lebih mudah saat mulai mengetatkan moneter ketika kondisi ekonomi sudah mulai normal, dan inflasi mendekati target bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut.
"Bagi BOJ, menghapus batas QE seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu. Karena BoJ dapat meningkatkan pembelian aset saat ini, dan menguranginya jika ingin mengakhiri kebijakan moneter ultra longgar" kata Toru Soehiro, ekonom senior di Mizuho Securities, sebagaimana dilansir Reuters.
Panduan kebijakan moneter bank sentral sangat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan, apalagi bank sentral utama dunia seperti BoJ. Program QE cenderung membuat aset-aset berisiko menguat, tetapi ketika bank sentral mengumumkan akan mengurangi jumlah QE, aksi jual akan terjadi dan membuat pasar bergejolak.
Hal ini pernah terjadi pada tahun 2013, ketika The Fed mengumumkan akan mengurangi nilai QE, pasar pun bergejolak saat itu, mata uang negara emerging market, yang dikenal dengan istilah "taper tantrum"
Dengan hilangnya batas nilai QE 80 triliun per tahun, ke depannya BoJ tentunya tidak perlu lagi memberikan panduan berapa nilai QE yang akan dikurangi saat mulai menghentikan kebijakan moneter ultra longgar, sehingga meminimalisir gejolak di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular