Rupiah Terlemah di Asia, Padahal Tetangganya 'Pesta'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2020 09:17
Ilustrasi Dollar Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Maklum, rupiah memang rentan tersandung karena sudah lari begitu cepat.

Pada Senin (27/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 15.405 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,32% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Meski penguatannya relatif terbatas, tetapi rupiah sudah mampu menjadi mata uang terbaik kedua di Asia.


Rupiah layak mendapat gelar sebagai penguasa April, karena pada bulan ini mata uang Tanah Air begitu perkasa. Sejak awal April hingga akhir pekan kemarin, apresiasi rupiah di hadapan greenback mencapai 5,83%.



Namun penguatan yang sudah sangat tajam ini membawa konsekuensi bahwa rupiah bakal rawan terpeleset. Akan datang saatnya di mana investor merasa keuntungan yang didapat dari rupiah sudah lumayan tinggi, sehingga menggoda untuk dicairkan.

Rupiah rawan terserang koreksi teknikal karena aksi ambil untung (profit taking). Ketika ini terjadi, rupiah tidak punya pilihan selain melemah.



Sayang sekali, karena sentimen domestik tersebut membuat rupiah tidak bisa ikut 'pesta' mata uang Asia. Ya, hampir seluruh mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Tidak hanya melemah, rupiah bahkan menjadi yang terlemah di Asia. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:15 WIB:



Investor menyambut gembira kabar dari AS dan sejumlah negara Eropa yang bersiap untuk mengendurkan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown). Di AS, mulai pekan ini Negara Bagian Colorado, Mississippi, Minnesota, Montana, dan Tennessee bersiap mengikuti Gerogia, Oklahoma, Alaska, dan South Carolina yang sudah membuka kembali keran aktivitas publik.

Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang terus melambat di Negeri Paman Sam membuat Presiden Donald Trump memberi restu kepada negara bagian yang akan mengundurkan social distancing dan lockdown. US Centers of Disease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona di AS per 25 April adalah 895.766 orang. Bertambah dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 865.585 orang.

Meski masih bertambah, tetapi secara persentase pertumbuhannya relatif kecil yaitu 3,49%. Sejak 8 April, persentase pertumbuhan harian kasus baru di AS sudah stabil di kisaran satu digit. Kurvanya semakin mendatar.





Apalagi AS dihadapkan kepada risiko sosial-ekonomi yang besar jika social distancing dan lockdown tidak dilonggarkan. Risiko itu adalah lonjakan angka pengangguran akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Sejak pertengahan Maret, klaim tunjangan pengangguran di AS sudah mencapai lebih dari 26 juta. Artinya, kini puluhan juta rakyat AS menggantungkan hidup dari uluran tangan pemerintah karena menjadi korban PHK sehingga tidak bisa mencari nafkah sendiri.

"Dalam beberapa bulan ke depan situasi akan mengerikan. Anda akan melihat angka jelek yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kevin Hassett, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Hassett memperkirakan angka pengangguran bisa mencapai 16% atau lebih pada April. Jika itu terwujud, maka akan menjadi angka tertinggi sejak Depresi Besar pada 1930-an.

 

Oleh karena itu, roda ekonomi memang harus diputar kembali meski secara sangat hati-hati. Protokol kesehatan harus tetap diprioritaskan, meski aktivitas kembali berangsur normal.


Tidak hanya AS, Italia juga siap melonggarkan lockdown mulai 4 Mei mendatang. Seperti di AS, kasus corona di Negeri Spageti juga dalam tren melambat.



"Saya harap bisa bilang: ayo buka semuanya, segera, kita mulai besok pagi. Namun itu sangat tidak bertanggung jawab. Sepertinya beralasan untuk berharap kita bisa melonggarkan lockdown pada 4 Mei," kata Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti dikutip dari Reuters.


Perkembangan di AS dan Italia memberi harapan bahwa ekonomi dunia yang babak-belur akibat pukulan pandemi virus corona perlaham mulai bangkit. Mari berdoa semoga semua baik-baik saja, sehingga social distancing dan lockdown bisa semakin dilonggarkan untuk akhirnya dicabut total.

Kala aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali seperti sedia kala, maka ekonomi akan bangkit sepenuhnya. Ada asa bahwa resesi ekonomi akibat pandemi virus corona hanya berlangsung sementara. Setelah prahara ini selesai, pertumbuhan ekonomi siap melaju kencang!



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular