Selamat, Rupiah Libas Yen sampai Peso!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 10:08
Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari sejumlah bank yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari sejumlah bank yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini, rupiah perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Di hadapan mata uang utama Asia, rupiah juga menunjukkan performa apik.

Pekan ini, rupiah menguat 0,32% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari rupee India.


Berhadapan satu lawan satu dengan mata uang Asia, kinerja rupiah pun lumayan. Mata uang Tanah Air hanya melemah di hadapan rupee dan baht Thailand, tetapi perkasa di hadapan yen Jepang sampai peso Filipina.

Berikut perkembangan kurs mata uang utama Asia terhadap rupiah sepanjang pekan ini:




[Gambas:Video CNBC]





Sepertinya arus modal ke pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) menjadi kunci kekuatan rupiah. Sepanjang pekan ini, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun turun 0,3 basis poin secara point-to-point. Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.

Salah satu faktor yang merangsang minat investor untuk masuk ke pasar SBN tidak dipungkiri adalah yield yang tinggi. Pada 24 April, yield SBN tenor 10 tahun berada di 7,924%. Lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di negara-negara tetangga.




Didorong oleh pencarian cuan, SBN tetap menarik di mata investor. Tidak ada obligasi pemerintah di negara lain yang memberi yield sampai 7%.

Keuntungan riil dari SBN juga menarik. Pada Maret, inflasi Indonesia adalah 2,96% year-on-year (YoY). Dengan yield 7,924%, berarti keuntungan riil yang diberikan SBN adalah 4,964%.

Di negara-negara lain, keuntungan riil dari obligasi pemerintah tidak setinggi itu. Malaysia adalah negara dengan keuntungan riil terdekat yaitu 3,087%.



"Perbedaan (yield) ini menarik, lebih tinggi misalnya dengan India maupun negara-negara Asia lain. Secara yield memang menarik," kata Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, belum lama ini.


Di sisi investor, yield yang tinggi memang menguntungkan. Namun bagi pemerintah sebagai penerbit, yield di pasar sekunder akan menjadi patokan dalam penentuan kupon untuk penerbitan di pasar primer. Ketika yield tinggi, otomatis investor akan meminta kupon tinggi saat lelang SBN sehingga menjadi beban tambahan buat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular