
Menakar Daya Tahan Bank Mega Hadapi Krisis Corona

Di tengah krisis, kinerja penyaluran kredit pasti tertekan. Menyusul wabah COVID-19, Bank Indonesia (BI) telah beberapa kali merevisi target pertumbuhan kredit perbankan: dari 10%-12% (akhir 2019), direvisi menjadi 9%-11% (Februari), dan menjadi 6%-8% (Maret).
Namun hal sebaliknya terjadi pada Bank Mega sepanjang kuartal I-2020. Bank yang kini berusia 51 tahun ini memberikan kejutan dengan lompatan pada penyaluran kreditnya, dan pertumbuhan DPK, yang masing-masing melesat dengan digit ganda sebesar 23,2% dan 29%.
Artinya, khittah Bank Mega sebagai lembaga intermediasi (pengumpul dan penyalur dana masyarakat) terjaga meski situasi sedang bergejolak. Jika mengacu pada target BI sebesar 6%-8%, maka kinerja penyaluran kredit Bank Mega kuartal pertama ini masih jauh lebih baik.
Jika kita adu dengan rerata industri, kinerja intermediasi Bank Mega juga masih unggul. Tengok saja data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang terbaru (per Februari 2020), di mana kredit dan DPK perbankan hanya tumbuh 5,9% dan 7,8% secara tahunan.
Salah satu pemicu kinerja penyaluran kredit yang prima di Bank Mega tersebut adalah partisipasi perseroan dalam pendanaan sektor infrastruktur pemerintah, melengkapi sektor korporasi dan kredit konsumer yang intens digarap selama ini.
“Penyaluran kredit kepada korporasi tercatat sebagai segmen bisnis yang paling besar memberikan kontribusi pada penyaluran kredit secara keseluruhan. Peningkatan kredit korporasi terutama berasal dari kredit infrastruktur jalan tol yang dijamin pemerintah dan kredit kepada korporasi dengan track record yang baik,” tutur Kostaman dalam keterangan resminya.
Meski penyaluran kredit terhitung sangat tinggi, faktor prudensial tetap dipertahankan oleh bank milik grup CT Corp ini. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bruto Bank Mega pada Maret tercatat di level 1,55%, atau membaik dibandingkan posisi tahun lalu (1,75%).
Sementara itu, NPL netto (di mana kredit bermasalah dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN) tercatat hanya 1,2% per Maret. Angka ini lagi-lagi membaik jika dibandingkan dengan posisi Maret tahun lalu yang berada di level 1,43%.
Harap dicatat, capaian peningkatan kredit dan penurunan NPL ini dibukukan ketika negeri ini terpukul krisis corona pada sebulan terakhir. Dampak corona tersebut tidak (atau lebih tepatnya, belum) terlihat pada kinerja Bank Mega.
Apakah kinerja positif ini bakal terjaga hingga akhir tahun? Mari kita ulas. (ags/ags)