
Ekonomi Global Rasanya Bakal Resesi Parah, Rupiah pun Melemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 April 2020 09:15

Apa yang terjadi di pasar komoditas adalah bukti baru bahwa ekonomi dunia sedang benar-benar lesu. Tidak ada yang berminat membeli minyak, karena sepertinya resesi ekonomi akan sangat dalam sehingga permintaan energi turun drastis.
"Ini adalah bagian dari proses menuju deflasi. Dalam 2-3 tahun ke depan kita akan berada di lingkungan deflasi, semua harga aset turun. Kita hanya bisa bertahan hidup, dan cash is king," tegas Murray Gunn, Head od Global Research di Elliott Wavw International, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, situasi ekonomi global (bahkan nasib umat manusia) sedang penuh ketidakpastian gara-gara pandemi virus corona. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 21 April adalah 2.397.216 orang, bertambah 83.006 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara pasien meninggal dunia akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini berjumlah 162.956 orang. Bertambah 5.109 orang dari hari sebelumnya.
Penyebaran virus yang begitu luas dan cepat membuat pemerintah di berbagai negara memberlakukan kebijakan yang semakin ketat. Teranyar, Presiden AS Donald Trump melarang warga negara asing untuk menjadi warga negara Negeri Adidaya. Kebijakan ini dilakukan untuk melindungi lapangan kerja yang semakin langka agar bisa diisi oleh warga AS.
Gara-gara virus corona, lapangan pekerjaan berkurang drastis. Penyebabnya adalah kebijakan social distancing yang membuat aktivitas publik menjadi terbatas dan roda ekonomi berjalan lambat.
Dalam sebulan terakhir, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS mencapai lebih dari 22 juta. Semakin banyak rakyat AS yang hidup dari uluran tangan pemerintah karena tidak bisa mencari nafkah sendiri.
"Menjadi salah dan tidak adil bagi rakyat AS yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat virus corona tetapi kemudian digantikan oleh imigran dari luar negeri. Kamu harus melindungi pekerja AS," tegas Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Ada kekhawatiran negara lain akan mengikuti apa yang dilakukan Trump, semakin menutup diri atas nama menjaga kepentingan nasional. Jika ini terjadi, maka arus ekonomi global tidak lagi mengalir dengan lancar tetapi tersekat-sekat. Sesuatu yang membuat ekonomi semakin sulit untuk bangkit.
"Jadi sepertinya kita memang sedang menuju resesi yang dalam. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, kapan aset-aset lain mulai mengalami devaluasi? Fundamental sedang runtuh, tidak hanya untuk minyak tetapi aset-aset lainnya juga," kata Patrik Perret-Green, Head of Research di AdMacro, sebagaimana diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
"Ini adalah bagian dari proses menuju deflasi. Dalam 2-3 tahun ke depan kita akan berada di lingkungan deflasi, semua harga aset turun. Kita hanya bisa bertahan hidup, dan cash is king," tegas Murray Gunn, Head od Global Research di Elliott Wavw International, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, situasi ekonomi global (bahkan nasib umat manusia) sedang penuh ketidakpastian gara-gara pandemi virus corona. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 21 April adalah 2.397.216 orang, bertambah 83.006 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Penyebaran virus yang begitu luas dan cepat membuat pemerintah di berbagai negara memberlakukan kebijakan yang semakin ketat. Teranyar, Presiden AS Donald Trump melarang warga negara asing untuk menjadi warga negara Negeri Adidaya. Kebijakan ini dilakukan untuk melindungi lapangan kerja yang semakin langka agar bisa diisi oleh warga AS.
Gara-gara virus corona, lapangan pekerjaan berkurang drastis. Penyebabnya adalah kebijakan social distancing yang membuat aktivitas publik menjadi terbatas dan roda ekonomi berjalan lambat.
Dalam sebulan terakhir, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS mencapai lebih dari 22 juta. Semakin banyak rakyat AS yang hidup dari uluran tangan pemerintah karena tidak bisa mencari nafkah sendiri.
"Menjadi salah dan tidak adil bagi rakyat AS yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat virus corona tetapi kemudian digantikan oleh imigran dari luar negeri. Kamu harus melindungi pekerja AS," tegas Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Ada kekhawatiran negara lain akan mengikuti apa yang dilakukan Trump, semakin menutup diri atas nama menjaga kepentingan nasional. Jika ini terjadi, maka arus ekonomi global tidak lagi mengalir dengan lancar tetapi tersekat-sekat. Sesuatu yang membuat ekonomi semakin sulit untuk bangkit.
"Jadi sepertinya kita memang sedang menuju resesi yang dalam. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, kapan aset-aset lain mulai mengalami devaluasi? Fundamental sedang runtuh, tidak hanya untuk minyak tetapi aset-aset lainnya juga," kata Patrik Perret-Green, Head of Research di AdMacro, sebagaimana diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular