Analisis Teknikal

Harga Minyak Dunia Minus, Bagaimana Pengaruh ke Rupiah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2020 08:50
mata uang dolar rupiah
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat pada perdagangan Senin (20/4/2020) kemarin melanjutkan penguatan dua pekan berturut-turut.

Rupiah mencatat penguatan 0,16% di Rp 15.375/US$ kemarin, meski di awal perdagangan berada di zona merah. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang kembali memangkas suku bunga membuat rupiah berbalik menguat.

PBoC kemarin memangkas suku bunga (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun menjadi 3,85% dari sebelumnya 4,05%, dan LPR tenor 5 tahun juga dipangkas menjadi 4,65% dari sebelumnya 4,75%.

Ini merupakan kali kedua PBoC memangkas LPR di tahun ini, tujuannya tentu saja untuk menambah likuiditas dan memacu perekonomian yang merosot akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19).

Pemangkasan suku bunga PBoC terbukti mengangkat sentimen pelaku pasar hari ini. Roda perekonomian China diharapkan semakin berputar cepat, sehingga ekonominya bisa segera bangkit dari kerterpurukan di kuartal I-2020 (berkontraksi 6,8%) lalu akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19).

Ketika ekonomi China bangkit, maka akan menjadi awal yang bagus bagi perekonomian global saat pandemi COVID-19 berhasil dihentikan.
Rupiah yang sebelumnya melemah pun berbalik menguat akibat pemangkasan suku bunga PBoC.

Dengan penguatan Senin kemarin, rupiah melanjutkan penguatan dua pekan beruntun dengan total 6,26%.



Meski demikian, tantangan bagi rupiah untuk terus menguat semakin berat. Selain karena penguatan tajam dalam waktu singkat yang rentan memicu koreksi, sentimen pelaku pasar juga sedang kurang bagus setelah dikejutkan dengan harga minyak mentah di bawah US$ 0 per barel, alias negatif.

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh -US$ 40,32 per barel sebelum akhirnya berakhir diperdagangkan pada -US$ 37,63 pada perdagangan Senin. Harga tersebut merupakan harga WTI untuk kontrak Mei yang akan expired pada hari ini, Selasa (21/4/2020).

Harga negatif, artinya minyak gratis plus diberi uang. Harga minyak negatif bisa terjadi ketika biaya penyimpanan minyak mentah jauh lebih mahal dari harga minyak saat ini. Selain itu suplai yang melimpah, dan demand yang rendah.

Sehingga untuk meminimalisir kerugian dari tingginya biaya penyimpanan, minyak diberikan secara gratis, bahkan diberi uang jika mau mengambilnya.
Harga negatif tersebut memberikan efek kejut di pasar, apakah perekonomian global sedang berhenti total sehingga permintaan minyak turun begitu drastis atau nyaris tidak ada?

Akibatnya sentimen pelaku pasar memburuk yang tercermin dari melemahnya bursa saham AS (Wall Street) Senin kemarin, dan berlanjut ke bursa Asia pagi ini, Selasa (21/4/2020)

Memburuknya sentimen pelaku pasar tentunya dapat memberikan tekanan bagi rupiah. Mata Uang Garuda baru akan "mengerikan" bagi dolar AS saat sentimen pelaku pasar sedang bagus.

Meski demikian, kabar baiknya, sentimen pelaku pasar mulai membaik setelah harga minyak mulai stabil, yang terlihat dari indeks berjangka Wall Street yang menguat tipis. Masih ada harapan sentimen akan semakin baik pada perdagangan hari ini.

Secara teknikal, pergerakan rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) masih sama dengan Senin kemarin. Melihat grafik mingguan, peluang rupiah menguat di pekan ini terbuka cukup besar melihat indikator stochastic yang baru turun dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.

Support (tahanan bawah) terdekat pada grafik mingguan berada di Rp 15.200/US$. Jika level tersebut mampu ditembus, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.000/US$.

Resisten (tahanan atas) terdekat berada di Rp 15.700/US$, selama tertahan di bawah level tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terjaga.

Meski demikian, jika melihat grafik harian, stochastic justru sudah berada di wilayah jenuh jual (oversold). Dengan demikian ruang penguatan rupiah untuk hari ini cukup terbatas, bahkan berisiko terkoreksi alias melemah.

Harga Minyak Negatif, Pengaruh Gak ke Rupiah? Greafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Foto: Refinitiv


Dengan kata lain, rupiah hari ini berisiko melemah, tetapi sepanjang pekan ini peluang penguatan masih terbuka cukup besar.

Rupiah kini berada di bawah Rp 14.000/US$ yang menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Jika resisten tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 15.500 sampai 15.550/US$. Resisten selanjutnya berada di level Rp 15.620/US$.

Sementara itu selama tertahan di bawah resisten rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.340/US$ (level terkuat Jumat lalu). Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 15.265/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular