
Kalimat "Rupiah Juara Asia" 3 Kali Berkumandang di Pekan Ini
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 April 2020 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (17/4/2020) akibat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah mendapat kabar menyebutkan adanya obat yang efektif mengobati penyakit virus corona (COVID-19) di AS.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melesat 0,77% ke Rp 15.480/US$. Penguatan semakin tebal hingga 1,63% di Rp 15.345/US$, meski harus terpangkas menjadi 1,28% di Rp 15.400/US$ di akhir perdagangan hari ini.
Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat melawan dolar AS, tetapi hanya rupiah yang penguatannya lebih dari 1%. Itu artinya rupiah kembali menjadi juara atau terbaik di Asia. Sepanjang pekan ini, rupiah 3 kali menjadi yang terbaik di Asia, sebelumnya diraih pada hari Senin (13/4/2020) dan Rabu (15/4/2020).
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini hingga pukul 16:40 WIB.
Penguatan hari ini memperpanjang kinerja impresif rupiah sejak pekan lalu. Ketika sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menjadi "mengerikan" bagi dolar AS. Sejak pekan lalu hingga hari ini total penguatan rupiah sebesar 6,1%.
Kabar bagus datang dari Amerika Serikat sejak dini hari tadi yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Harapan akan segera berakhirnya pandemi COVID-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien COVID-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Selain kabar adanya obat yang efektif melawan virus corona, laju penyebaran COVID-19 di AS juga sudah mulai melambat. Data US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) menyebutkan jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam adalah 632.548. Bertambah 4,49% dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan 4,49% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan hari sebelumnya yang sebesar 4,56%. Sejak 8 April, persentase kenaikan kasus corona di AS bertahan di kisaran satu digit dengan kecenderungan menurun.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan di banyak negara bagian. Pelonggaran itu akan dilakukan secara bertahap.
"Kami tidak membuka begitu saja, tetapi selangkah demi selangkah. Lockdown yang terlalu lama ditambah dengan depresi ekonomi yang menyertainya malah membuat masalah bagi kesehatan masyarakat. Akan lebih banyak kasus penyalahgunaan obat-obatan, kecanduan alkohol, kecenderungan bunuh diri, atau penyakit jantung," tegas Trump, sebagaimana diberitakan Reuters.
Kabar bagus tersebut membuat pelaku pasar ceria, dan rupiah kembali perkasa.
Sementara itu, China yang melaporkan perekonomiannya mengalami kontraksi dalam di kuartal I-2020, membuat penguatan rupiah terkoreksi. Pemerintah China melaporkan produk domestic bruto (PDB) di kuartal I-2020 minus 6,8% alias berkontraksi sangat dalam. Laporan kontraksi tersebut juga lebih dalam dari hasil survei Reuters yang memprediksi minus 6,5%.
Meski demikian, kabar dari Negeri Adikuasa lebih mendominasi sentimen pelaku pasar pada hari ini.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melesat 0,77% ke Rp 15.480/US$. Penguatan semakin tebal hingga 1,63% di Rp 15.345/US$, meski harus terpangkas menjadi 1,28% di Rp 15.400/US$ di akhir perdagangan hari ini.
Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat melawan dolar AS, tetapi hanya rupiah yang penguatannya lebih dari 1%. Itu artinya rupiah kembali menjadi juara atau terbaik di Asia. Sepanjang pekan ini, rupiah 3 kali menjadi yang terbaik di Asia, sebelumnya diraih pada hari Senin (13/4/2020) dan Rabu (15/4/2020).
Penguatan hari ini memperpanjang kinerja impresif rupiah sejak pekan lalu. Ketika sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menjadi "mengerikan" bagi dolar AS. Sejak pekan lalu hingga hari ini total penguatan rupiah sebesar 6,1%.
Kabar bagus datang dari Amerika Serikat sejak dini hari tadi yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Harapan akan segera berakhirnya pandemi COVID-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien COVID-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Selain kabar adanya obat yang efektif melawan virus corona, laju penyebaran COVID-19 di AS juga sudah mulai melambat. Data US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) menyebutkan jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam adalah 632.548. Bertambah 4,49% dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan 4,49% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan hari sebelumnya yang sebesar 4,56%. Sejak 8 April, persentase kenaikan kasus corona di AS bertahan di kisaran satu digit dengan kecenderungan menurun.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan di banyak negara bagian. Pelonggaran itu akan dilakukan secara bertahap.
"Kami tidak membuka begitu saja, tetapi selangkah demi selangkah. Lockdown yang terlalu lama ditambah dengan depresi ekonomi yang menyertainya malah membuat masalah bagi kesehatan masyarakat. Akan lebih banyak kasus penyalahgunaan obat-obatan, kecanduan alkohol, kecenderungan bunuh diri, atau penyakit jantung," tegas Trump, sebagaimana diberitakan Reuters.
Kabar bagus tersebut membuat pelaku pasar ceria, dan rupiah kembali perkasa.
Sementara itu, China yang melaporkan perekonomiannya mengalami kontraksi dalam di kuartal I-2020, membuat penguatan rupiah terkoreksi. Pemerintah China melaporkan produk domestic bruto (PDB) di kuartal I-2020 minus 6,8% alias berkontraksi sangat dalam. Laporan kontraksi tersebut juga lebih dalam dari hasil survei Reuters yang memprediksi minus 6,5%.
Meski demikian, kabar dari Negeri Adikuasa lebih mendominasi sentimen pelaku pasar pada hari ini.
Pages
Most Popular