Analisis Teknikal

Tertekan Aksi Jual, IHSG Turun Terbatas di Sesi II

Haryanto, CNBC Indonesia
16 April 2020 13:13
Diskusi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I Kamis ini (16/4/2020) terkoreksi 3,14% ke level 4.480,86 seiring dengan tekanan jual yang masih tinggi di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Sementara itu kurs dolar AS alias greenback lagi kuat-kuatnya atas rupiah.

Pelemahan IHSG juga mengikuti koreksi yang terjadi di busa saham Asia lainnya. Bursa saham global kompak turun setelah adanya peringatan akan resesi global dan menjadi yang terburuk sejak 1930-an. Kondisi ini menggarisbawahi begitu besarnya hantaman ekonomi dari pandemi virus corona baru ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi tercatat Rp 3,39 triliun dengan jual bersih (net sell) asing sebesar Rp 576,44 miliar di pasar reguler dan negosiasi.

Saham-saham yang menjadi pendorong penurunan IHSG di antaranya saham PT Rukun Rahaja Tbk (RAJA) (-6,86%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) (-6,74%), PT Global Mediacom Tbk (BMTR) (-6,67%), sedangkan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) (-6,22%) dan PT PP Tbk (PTPP) (-6,08%).

Koreksi IHSG merespons proyeksi dari IMF terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang akan berkontraksi tajam hingga minus 3% pada tahun 2020.

 


Sementara untuk Indonesia IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 0,5% dan akan menjadi yang terendah sejak 1998.

Pada perdagangan sesi II, IHSG diperkirakan masih terkoreksi di tengah beragam sentimen negatif dari proyeksi IMF hingga sentimen meningkatnya jumlah kasus terpapar virus corona.

Secara teknikal, IHSG menuju area 0% Fibonacci Retracement yang mengindikasikan penurunan terbatas.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Foto: Revinitif

 

Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan indikator Moving Average periode 5 (MA-5) yang artinya pergerakan berdasarkan 5 bar atau batang sebelumnya secara nilai rata-rata harga penutupan per bar masih menunjukkan penurunan yang bergerak di bawah garis MA-5.

Saat ini berada di area 23,6% Fibonacci di 4.478,69 dan mencoba menuju 0% Fibonacci di 3.912,27, sedangkan untuk merubah tren menjadi penguatan (bullish) perlu melewati area 38,2% Fibonacci di 4.829,10.

Sementara indikator Stochastic melalui metode penentuan area titik jenuh jual (oversold) di 80% dan area titik jenuh beli (overbought) di 20% dengan garis MA yang sudah di bawah area 20% memberi sinyal untuk turun sedikit sebelum rebound (balik arah) karena sudah oversold (jenuh jual) menunggu konfirmasi perpotongan garis MA.

Secara keseluruhan, dari fundamental yang merespons nada pesimis dari IMF, lalu dikombinasikan dengan teknikal yang juga masih menunjukkan tren bearish menuju area 0% Fibonacci, maka pergerakan IHSG selanjutnya diprediksi turun terbatas.

IHSG perlu melewati (break) salah satu level Fibonacci Retracement, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

 




(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular