Harga Hari Ini Turun Tipis, Bagaimana Nasib CPO ke Depan?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 April 2020 11:23
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tergelincir hari ini bergerak menguat. Sentimen terkait pandemi corona, dampak dan upaya penanganannya masih jadi penggerak utama harga kontrak komoditas ini.

Pasar masih terus mencermati dinamika di lapangan dan perkembangan terbaru seputar wabah corona. Pandemi corona yang sudah menginfeksi 2 juta orang di dunia memang membuat keseimbangan antara supply dan demand terganggu untuk CPO.

Pada Kamis (16/4/2020) harga CPO kontrak berjangka pengiriman Juli 2020 turun 0,22% ke level RM 2.56/ton. Jika ditarik mundur hingga awal tahun harga CPO masih terkoreksi tajam. Awal tahun harga CPO masih perkasa di level RM 3.000/ton. Kini harganya bergerak fluktuatif di rentang RM 2.200 - RM 2.400/ton.



Pandemi corona telah membuat miliaran orang di dunia harus berdiam diri di dalam rumah dan menjaga jarak aman. Pembatasan mobilitas publik ini merupakan salah satu upaya untuk menekan transmisi penyebaran virus.

Namun di sisi lain ongkos yang ditimbulkan juga besar. Aktivitas produksi jadi terhambat sehingga rantai pasok global jadi terganggu. Di sisi lain karantina wilayah yang dilakukan oleh banyak negara ini membuat konsumsi jadi anjlok. Serangan dari dua sisi ini membuat laju perekonomian menjadi seret.

Saat ini India sebagai negara pembeli minyak sawit terbesar di dunia juga sedang berada dalam keadaan karantina nasional. Hal ini memicu anjloknya permintaan minyak sawit dari negaranya selain karena konflik India dan Malaysia yang benar-benar menemukan resolusi yang jelas.

Tak hanya India saja yang melakukan karantina. Malaysia sebagai produsen minyak sawit global terbesar kedua di dunia pun melakukannya. Beberapa perkebunan di daerah Sabah juga dihentikan sementara operasinya.

Lockdown yang dilakukan oleh kedua negara tersebut membuat pasar menjadi lebih dinamis. Saat ini harga CPO tengah bergerak di rentang RM 2.200 - 2.400 per tonnya. Harga bergerak fluktuatif di level tersebut dan fokus saat ini tertuju pada keseimbangan supply dan demand.

[Gambas:Video CNBC]



Selain menerapkan pembatasan mobilitas publik, Malaysia juga dikabarkan menunda implementasi program biodiesel B20-nya untuk daerah-daerah yang belum menjalankannya.

Ekspor minyak sawit Malaysia masih diramal lemah. Menurut data surveyor kargo, ekspor minyak sawit Malaysia periode setengah bulan ini turun di antara 3,3-6%. Upaya pemerintah Malaysia menurunkan pungutan ekspor menjadi 4,5% juga dinilai tidak efektif untuk mendongkrak permintaan.

Selagi negara-negara importir minyak sawit masih berada dalam kondisi karantina maka permintaan minyak sawit masih akan terancam. Pasalnya saat orang-orang menjalani karantina, mereka akan terkungkung di rumah dan tidak pergi ke mana-mana.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Produksi Naik & Ekspor Turun, Harga CPO Kok Malah Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular