
Bayangan Great Depression Kian Nyata, Rupiah Tak Bisa Apa-apa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 April 2020 09:09

Penyebabnya apalagi kalau bukan virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19). Bukan apa-apa, AS adalah negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.
Mengutip Data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:14 WIB, jumlah pasien corona di AS adalah 637.359 orang. Hampir 31% dari total kasus corona di seluruh dunia yang berjumlah 2.060.927.
Pesatnya penularan virus corona di Negeri Adidaya membuat pemerintahan di berbagai negara bagian memberlakukan pembatasan sosial (social distancing). Pabrik dan kantor yang bersifat non-esensial ditutup sementara, sekolah diliburkan, restoran tidak boleh melayani makan dan minum di tempat, dan berbagai larangan lain. Pokoknya tidak boleh ada kerumunan manusia, titik.
Ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat dan memunculkan gelombang pemutusan hubungan kerja. Dalam tiga pekan, hampir 17 juta orang di AS menjadi korban PHK dan harus menggantungkan hidup dari tunjangan pengangguran yang diberikan pemerintah.
"Seiring kebijakan penanggulangan virus, berbagai negara memberlakukan karantina dan social distancing. Dunia memasuki fase Lockdown Besar (Great Lockdown). Magnitudo dan kesepakatan kejatuhan aktivitas bisnis mengikutinya, dan ini belum pernah dialami sepanjang hidup kita. Lockdown Besar adalah resesi terbesar setelah Depresi Besar, dan jauh lebih buruk ketimbang krisis keuangan global," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Pasar tenaga kerja di AS yang mengkerut akhirnya berdampak kepada konsumsi rumah tangga, kontributor lebih dari 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini terlihat dari penjualan ritel yang jatuh sejatuh-jatuhnya.
"Ekonomi sedang terjun bebas. Sepertinya kita baru mencapai dasar ketika infeksi virus corona sudah jauh lebih stabil. Ini menjadi dasar yang sangat dalam sehingga jalan untuk mendaki akan sangat terjal," kata Sung Won Sohn, Profesor Ekonomi di Loyola Marymount University di Los Angeles, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Mengutip Data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:14 WIB, jumlah pasien corona di AS adalah 637.359 orang. Hampir 31% dari total kasus corona di seluruh dunia yang berjumlah 2.060.927.
Pesatnya penularan virus corona di Negeri Adidaya membuat pemerintahan di berbagai negara bagian memberlakukan pembatasan sosial (social distancing). Pabrik dan kantor yang bersifat non-esensial ditutup sementara, sekolah diliburkan, restoran tidak boleh melayani makan dan minum di tempat, dan berbagai larangan lain. Pokoknya tidak boleh ada kerumunan manusia, titik.
"Seiring kebijakan penanggulangan virus, berbagai negara memberlakukan karantina dan social distancing. Dunia memasuki fase Lockdown Besar (Great Lockdown). Magnitudo dan kesepakatan kejatuhan aktivitas bisnis mengikutinya, dan ini belum pernah dialami sepanjang hidup kita. Lockdown Besar adalah resesi terbesar setelah Depresi Besar, dan jauh lebih buruk ketimbang krisis keuangan global," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Pasar tenaga kerja di AS yang mengkerut akhirnya berdampak kepada konsumsi rumah tangga, kontributor lebih dari 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini terlihat dari penjualan ritel yang jatuh sejatuh-jatuhnya.
"Ekonomi sedang terjun bebas. Sepertinya kita baru mencapai dasar ketika infeksi virus corona sudah jauh lebih stabil. Ini menjadi dasar yang sangat dalam sehingga jalan untuk mendaki akan sangat terjal," kata Sung Won Sohn, Profesor Ekonomi di Loyola Marymount University di Los Angeles, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular