
Cari Bahan Baku Susah Gegara Corona, Manufaktur RI Lesu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2020 11:35

Sub-indeks Volume Produksi pada Januari-Maret 2020 adalah 43,1%. Lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2019 yang sebesar 52,47% maupun kuartal I-2019 yakni 51,19%. Ini menjadi kontraksi pertama sejak kuartal IV-2017 dan terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada 2010.
Kontraksi ini ada pengaruhnya dengan sub-indeks kedua yang Pesanan Barang Input yang pada kuartal I-2010 senilai 47,28%. Juga terkontraksi, dan menjadi yang terendah sejak kuartal III-2017.
Tidak heran, karena barang input produksi manufaktur dalam negeri masih tergantung dari impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Februari 2020 sebesar US$ 11,6 miliar di mana 76,63% adalah bahan baku/penolong sebagai input produksi manufaktur domestik.
Penyebabnya tentu pandemi virus corona di berbagai negara pemasok. Negara asal barang impor Indonesia masih didominasi oleh China. Pada Januari-Februari, nilai impor non-migas dari Negeri Tirai Bambu adalah US$ 5,92 miliar atau 26,76% dari total impor non-migas.
China adalah asal mula penyebaran virus corona. Hingga akhir kuartal I-2020, beberapa kota di China masih menjalankan karantina wilayah (lockdown) yang membuat produktivitas industri di sana menurun drastis. Jadi tidak heran industri dalam negeri kesulitan bahan baku/penolong.
Minimnya pasokan input membuat sub-indeks ketiga yaitu Persediaan Barang Jadi juga anjlok ke 46,69%. Ini adalah yang terendah sepanjang pencatatan PMI BI.
Kesulitan produksi karena seretnya pasokan bahan baku/penolong membuat dunia usaha menggunakan stok yang sudah ada. Stok banyak terpakai untuk memenuhi permintaan sehingga sub-indeks ini melemah dalam.
Kemudian minimnya produksi membuat sub-indeks kelima yaitu Jumlah Tenaga Kerja terkontraksi menjadi 47,63%. Sedikit lebih baik ketimbang kuartal IV-20219 yang sebesar 47,23%, tetapi masih di zona kontraksi.
Sedangkan sub-indeks terakhir yaitu Kecepatan Penerimaan Barang Input terkontraksi ke 43,22%. Lagi-lagi menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI BI. Ini terkait sulitnya mendapatkan bahan baku/penolng karena itu tadi, lockdown menjamur di negara-negara pemasok.
Pada kuartal II-2010, BI memperkirakan PMI sedikit membaik ke 48,79%. Walau membaik, tetapi masih kontraksi. Jadi setidaknya sampai kuartal II-2020, Indonesia masih harus prihatin.
Ini semua gara-gara virus corona...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Kontraksi ini ada pengaruhnya dengan sub-indeks kedua yang Pesanan Barang Input yang pada kuartal I-2010 senilai 47,28%. Juga terkontraksi, dan menjadi yang terendah sejak kuartal III-2017.
Tidak heran, karena barang input produksi manufaktur dalam negeri masih tergantung dari impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Februari 2020 sebesar US$ 11,6 miliar di mana 76,63% adalah bahan baku/penolong sebagai input produksi manufaktur domestik.
Penyebabnya tentu pandemi virus corona di berbagai negara pemasok. Negara asal barang impor Indonesia masih didominasi oleh China. Pada Januari-Februari, nilai impor non-migas dari Negeri Tirai Bambu adalah US$ 5,92 miliar atau 26,76% dari total impor non-migas.
China adalah asal mula penyebaran virus corona. Hingga akhir kuartal I-2020, beberapa kota di China masih menjalankan karantina wilayah (lockdown) yang membuat produktivitas industri di sana menurun drastis. Jadi tidak heran industri dalam negeri kesulitan bahan baku/penolong.
Minimnya pasokan input membuat sub-indeks ketiga yaitu Persediaan Barang Jadi juga anjlok ke 46,69%. Ini adalah yang terendah sepanjang pencatatan PMI BI.
Kesulitan produksi karena seretnya pasokan bahan baku/penolong membuat dunia usaha menggunakan stok yang sudah ada. Stok banyak terpakai untuk memenuhi permintaan sehingga sub-indeks ini melemah dalam.
Kemudian minimnya produksi membuat sub-indeks kelima yaitu Jumlah Tenaga Kerja terkontraksi menjadi 47,63%. Sedikit lebih baik ketimbang kuartal IV-20219 yang sebesar 47,23%, tetapi masih di zona kontraksi.
Sedangkan sub-indeks terakhir yaitu Kecepatan Penerimaan Barang Input terkontraksi ke 43,22%. Lagi-lagi menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI BI. Ini terkait sulitnya mendapatkan bahan baku/penolng karena itu tadi, lockdown menjamur di negara-negara pemasok.
Pada kuartal II-2010, BI memperkirakan PMI sedikit membaik ke 48,79%. Walau membaik, tetapi masih kontraksi. Jadi setidaknya sampai kuartal II-2020, Indonesia masih harus prihatin.
Ini semua gara-gara virus corona...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular