
Rupiah Tanda-Tanda Stabil, BI Bersiap Pangkas Suku Bunga?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 April 2020 14:21

Selain nilai tukar rupiah yang mulai stabil, inflasi yang rendah juga memberikan ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga.
Badan Pusat Statistik (BPS) di awal bulan ini melaporkan inflasi di bulan Maret sebesar 0,1% month-on-month (MoM), dan 2,96% secara year-on-year (YoY).
"Harga komoditas secara umum menunjukkan kenaikan meski lebih landai dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Maret 2020, terjadi inflasi 0,1% MoM sehingga inflasi tahunan (year-on-year) adalah 2,96%. Inflasi pada Maret cukup terkendali," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers secara virtual, Rabu (1/4/2020).
Inflasi tersebut masih dalam target BI sebesar 3% plus minus 1%. BI juga memprediksi inflasi di bulan ini akan menurun tajam.
"Perkembangan harga-harga di pasar itu terkendali dan rendah. Kami perkirakan bahwa berdasarkan SPH (Survei Pemantauan Harga) minggu ke-2, inflasi April berada di sekitar 0,2% month-to-month. Year-on-year juga rendah yaitu 2,08%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Kamis (9/4/2020).
Faktor pertama yang membuat inflasi domestik tetap terjaga rendah adalah keberhasilan pemerintah pusat dan daerah dalam mengendalikan harga. Faktor kedua adalah tingkat pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari produksi nasional, kesenjangan output masih negatif sehingga tidak menciptakan tekanan inflasi yang berlebihan.
Dengan inflasi yang rendah, dan rupiah yang mulai stabil, peluang BI kembali memangkas suku bunga pekan depan terbuka cukup lebar.
Meski saat ini pemangkasan suku bunga belum akan efektif untuk memacu perekonomian mengingat pandemi COVID-19 membuat aktivitas ekonomi menurun drastis bahkan nyaris lumpuh di beberapa negara yang menerapkan kebijakan lockdown. Tetapi pemangkasan suku bunga mampu menambah likuditas di pasar sehingga tidak terjadi pengetatan, dan terjadi gejolak di pasar keuangan.
Selain itu, dengan suku bunga rendah, ketika pandemi COVID-19 berhasil dihentikan, roda perekonomain bisa berputar lebih cepat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Badan Pusat Statistik (BPS) di awal bulan ini melaporkan inflasi di bulan Maret sebesar 0,1% month-on-month (MoM), dan 2,96% secara year-on-year (YoY).
"Harga komoditas secara umum menunjukkan kenaikan meski lebih landai dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Maret 2020, terjadi inflasi 0,1% MoM sehingga inflasi tahunan (year-on-year) adalah 2,96%. Inflasi pada Maret cukup terkendali," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers secara virtual, Rabu (1/4/2020).
Inflasi tersebut masih dalam target BI sebesar 3% plus minus 1%. BI juga memprediksi inflasi di bulan ini akan menurun tajam.
"Perkembangan harga-harga di pasar itu terkendali dan rendah. Kami perkirakan bahwa berdasarkan SPH (Survei Pemantauan Harga) minggu ke-2, inflasi April berada di sekitar 0,2% month-to-month. Year-on-year juga rendah yaitu 2,08%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Kamis (9/4/2020).
Faktor pertama yang membuat inflasi domestik tetap terjaga rendah adalah keberhasilan pemerintah pusat dan daerah dalam mengendalikan harga. Faktor kedua adalah tingkat pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari produksi nasional, kesenjangan output masih negatif sehingga tidak menciptakan tekanan inflasi yang berlebihan.
Dengan inflasi yang rendah, dan rupiah yang mulai stabil, peluang BI kembali memangkas suku bunga pekan depan terbuka cukup lebar.
Meski saat ini pemangkasan suku bunga belum akan efektif untuk memacu perekonomian mengingat pandemi COVID-19 membuat aktivitas ekonomi menurun drastis bahkan nyaris lumpuh di beberapa negara yang menerapkan kebijakan lockdown. Tetapi pemangkasan suku bunga mampu menambah likuditas di pasar sehingga tidak terjadi pengetatan, dan terjadi gejolak di pasar keuangan.
Selain itu, dengan suku bunga rendah, ketika pandemi COVID-19 berhasil dihentikan, roda perekonomain bisa berputar lebih cepat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Most Popular