Nasib Minyak Kini di Tangan G20, Amankah?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 April 2020 14:15
Pasar Masih Merespons Negatif...
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)
Bagaimanapun juga usai OPEC+ ketok palu pangkas produksi sebesar 10 juta bpd pasar langsung merespons negatif. Pada Kamis (9/4/2020) harga minyak mentah kontrak futures melorot lagi.

Brent dibanderol US$ 31,48/barel atau turun 4,14%. Sementara minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) anjlok lebih dalam sebesar 9,29% ke level US$ 22,76/barel.

Bagaimana pun juga harga minyak sudah terjun bebas ke level terendah nyaris dalam 2 dekade terakhir akibat pandemi corona dan perang harga antara Arab dengan Rusia.



"Covid-19 adalah binatang buas tak terlihat yang tampaknya berdampak pada semua yang ada di depannya," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo pada pertemuan itu. "Untuk pasar minyak sendiri, ini benar-benar merusak fundamental pasokan dan permintaan sejak kami terakhir bertemu pada 6 Maret," tambahnya.

Kini Arab dan Rusia mulai terlihat mesra dan punya misi yang sama untuk menstabilkan pasar. Namun volume produksi yang dipangkas tersebut dinilai berbagai pihak masih belum mampu mendongkrak harga lantaran permintaan minyak akibat terhentinya aktivitas ekonomi karena pandemi jauh lebih besar.

Bank of America memprediksi konsumsi minyak mentah global di kuartal I lalu turun sekitar 12 juta barel per hari. Kemudian konsultan minyak mentah, FGE, juga melihat permintaan minyak mentah berkurang 12 juta barel per hari, bahkan 20 juta barel per hari dalam skenario terburuknya.

Bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan pada Maret saja permintaan minyak global sudah anjlok 10,5 juta bpd. Pada minggu terakhir Maret, Goldman memperkirakan konsumsi minyak dunia turun 26 juta bpd atau setara dengan 25% dari permintaan global.

Lebih lanjut Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak di bulan April akan semakin tertekan dan mengalamoi kontraksi hingga 18,7 juta bpd pada April ini.

“Pemangkasan produksi OPEC + yang dilaporkan 10 juta bpd tidak akan cukup untuk menyumbat ketidakseimbangan jangka pendek penurunan permintaan sebesar 15-20 juta bpd di pasar dan menghindari kejatuhan di bulan Mei,” Chris Midgely, kepala analis S&P Global Platts.

Pemotongan "tidak akan cukup untuk membawa dukungan restoratif berkelanjutan untuk harga minyak, tidak kecuali OPEC melangkah lebih jauh," tambahnya, melansir CNBC International.

Pekan depan kemungkinan harga minyak akan kembali bergerak volatil dan sangat sensitif dengan isu-isu yang ada. Walau isu pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+ setidaknya cukup membawa harga minyak melambung ke atas US$ 30/barel (untuk Brent), tetapi ada tiga hal yang perlu dicermati ke depan.

Ketiga hal tersebut adalah 1) berapa besar pemangkasan produksi minyak G20 dan bagaimana penjatahannya, 2) bagaimana kepatuhan masing-masing produsen terhadap komitmen pemangkasan yang diambil serta 3) berapa lama wabah corona ini akan terus merebak.

Secara fundamental pasar minyak memang masih belum mendukung penguatan harga. Jika G20 gagal memenuhi ekspektasi pasar dengan memangkas lebih sedikit produksi minyaknya disertai dengan rendahnya kepatuhan terhadap komitmen serta virus yang terus merebak, maka harga minyak akan anjlok lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular