Kapal Nyangkut & 'Kartel' Siap Meeting, Harga Minyak Galau

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 March 2021 09:20
Foto: Reuters
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak di pasar minyak mentah global membuat harganya cenderung terombang-ambing. Harga minyak mentah bergerak dengan volatilitas tinggi minggu lalu. 

Mengawali perdagangan perdana pekan ini, Senin (29/3/2021) harga si emas hitam juga masih terkoreksi. Harga kontrak Brent turun 0,2% ke US$ 64,44/barel dan harga West Texas Intermediate (WTI) ambles 0,31% ke US$ 60,78/barel.

Naiknya harga minyak dipicu oleh adanya insidenterjepitnya kapal kargo Evergreen di Terusan Suez. 

Terusan Suez bukanlah jalur sembarangan. Jalur buatan yang pertama kali dioperasikan pada 1869 ini memiliki panjang 193 km dan membelah Benua Asia dan Afrika serta menghubungkan Laut Mediteran dan Laut Merah.

Terusan Suez merupakan salah satu lalu lintas perdagangan paling sibuk di dunia. Berdasarkan data Suez Canal Authority (SCA), pada tahun fiskal 2019/2020, setidaknya ada 19.311 kapal pengangkut barang yang berlalu lalang di jalur tersebut.

Sebanyak 23% dari total kargo mengangkut minyak mentah dan produk turunannya seperti bensin, LPG, nafta dan sejenisnya dengan total volume mencapai 238 juta ton. Sebanyak 77% kargo lain membawa berbagai macam produk ekspor-impor dari berbagai belahan dunia.

Jalur tersebut juga sangat berarti bagi perdagangan wilayah Asia Tenggara tak terkecuali Indonesia. Pada 2019 saja total kapal kargo yang melalui jalur perdagangan tersebut mencapai 166,32 juta ton atau setara dengan 36,2% dari total lalu lintas kapal kargo global.

Nilai kerugian akibat macetnya jalur perdagangan global ini ditaksir mencapai US$ 400 juta per jam atau setara dengan Rp 5,6 triliun jika menggunakan asumsi kurs Rp 14.000/US$.

Faktor lain yang membuat harga minyak cenderung terkoreksi adalah peningkatan kasus Covid-19, maraknya lockdown dan penghentian sementara program vaksinasi. Hal ini menjadi sentimen negatif di pasar karena prospek pemulihan ekonomi dan permintaan minyak menjadi suram.

Goldman Sachs mengharapkan OPEC+ untuk mempertahankan produksinya untuk Mei ketika grup itu akan bertemu minggu depan. 

Melansir Reuters, kelompok itu setuju untuk memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi minyak hingga April ketika bertemu awal bulan ini, sementara membiarkan Rusia dan Kazakhstan naik 150.000 barel per hari.

Secara khusus, Goldman Sachs mengharapkan peningkatan yang lebih lambat dalam produksi OPEC+ musim semi ini untuk membantu mengimbangi baik pasar berkembang yang lebih lambat dan pemulihan permintaan Uni Eropa dan ekspor Iran yang lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDNESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular