
Andai Rupiah Diperdagangkan Hari Ini, Niscaya Bakal Perkasa!

Sentimen positif di pasar tercipta akibat pandemi virus corona atau Coronavirus Desease-2019 (Covid-19) yang mereda, terutama di negara-negara berstatus hot spot. Di Amerika Serikat (AS), jumlah pasien positif corona hingga 9 April 2020 adalah 427.460 orang. Naik 8,21% dibandingkan hari sebelumnya.
Meski masih ada kenaikan, tetapi jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian sejak 22 Januari-9 April yang sebesar 20,11%. Sudah 12 hari pertumbuhan kasus positif corona di Negeri Paman Sam berada di bawah rata-rata tersebut.
Sementara di Eropa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pertumbuhan kasus baru pada 9 April adalah 5,48%. Jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian sepanjang 18 Maret-9 April yaitu 11,45%. Sudah 11 hari beruntun kasus baru di Benua Biru bertambah di kisaran satu digit.
Selain itu, pelaku pasar juga bersuka cita karena bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk memberi stimulus sebesar US$ 2,3 triliun untuk mendukung sektor riil yang dihantam oleh pandemi virus corona. Caranya adalah dengan memberikan pinjaman lunak kepada perbankan untuk disalurkan kembali kepada perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Ini dilakukan untuk menekan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi sekecil-kecilnya.
"Dunia usaha harus berkomitmen untuk melakukan upaya agar bisa mempertahankan tenaga kerja dan tetap memberikan gaji. Fasilitas yang diterima tidak boleh digunakan untuk membayar utang," tegas pernyataan tertulis The Fed.
Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega juga akan memberikan pinjaman kepada negara bagian dan kota-kota yang padat penduduk agar pemerintah setempat punya dana untuk menanggulangi dampak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Untuk pemerintah daerah, anggarannya adalah US$ 500 miliar, termasuk dalam stimulus US$ 2,3 triliun, bukan on top.
Berbagai perkembangan ini membuat pasar lebih tenang. Di satu sisi pandemi virus corona sepertinya sudah menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Di sisi lain, The Fed berkomitmen untuk mendorong perekonomian yang terdampak krisis Covid-19.
Oleh karena itu, ada harapan ekonomi akan kembali melaju kencang setelah penyebaran virus corona tuntas. Harapan itu yang membuat pelaku pasar semringah dan kembali mengoleksi aset-aset berisiko di pasar keuangan Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
