
Menakar Potensi Rujuknya Arab-Rusia & Dampaknya ke Pasar
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 April 2020 13:37

Jika OPEC+ sepakat untuk pangkas produksi minyak sebesar 10-15 juta bpd, setidaknya bisa mengimbangi kejatuhan permintaan minyak kecuali ada skenario buruk yang lain.
Itu pun masih ada potensi oversupply yang cukup besar. Sehingga harga bisa rebound tetapi akan sangat susah untuk kembali ke level di awal tahun.
Namun jika OPEC+ gagal untuk pangkas produksi di level tersebut alias volume produksi yang dipangkas di bawah itu, maka harga minyak bisa anjlok lagi atau bahkan terjun bebas.
Di sisi lain pertanyaan sampai kapan pemangkasan dilakukan juga akan turut mempengaruhi keseimbangan supply-demand untuk komoditas minyak sendiri. Dalam kasus ini sebenarnya partisipasi dari AS sangat dibutuhkan untuk andil dalam pemangkasan produksi.
Pasalnya tiga negara taipan minyak terbesar di dunia ya siapa lagi kalau bukan AS, Arab Saudi dan Rusia yang sudah berkontribusi kurang lebih sebesar 36% dari total pasokan minyak global
Beberapa analis meyakini dengan penurunan output minyak AS baru-baru ini cukup memuaskan Arab dan Rusia. Namun hal ini masih perlu dipastikan mengingat dalam perang harga antara Arab dan Rusia, AS juga secara tidak langsung diserang agar ikut memangkas produksi minyaknya.
Jadi fokus saat ini ada pada tiga hal tersebut seberapa besar volume pemangkasan produksinya, bagaimana distribusi pemangkasannya hingga sampai kapan ini dilakukan dalam rangka untuk menjaga keseimbangan supply dan demand.
Kalau perundingan malah berjalan dengan alot, tentu bisa ditebak ke mana arah pasar selain bergerak kembali menuju selatan. Harga minyak yang sudah terlampau murah bahkan menyentuh level terendah dalam dua decade terakhir telah membuat industri di sektor perminyakan terpukul.
Pasalnya jika harga minyak anjlok dalam maka margin menjadi tergerus dan aktivitas pengeboran minyak menjadi tidak ekonomis lagi. Ujung-ujungnya industri perminyakan pun sekarat.
Harga minyak di bawah US$ 20/barel mungkin masih bisa diterima oleh Arab Saudi karena biaya produksinya yang murah atau kurang dari US$ 10/barel. Namun bag Rusia dan negara-negara produsen minyak yang lain, ini seolah jadi tanda-tanda kiamat bagi perekonomian mereka yang bertumpu pada komoditas ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Itu pun masih ada potensi oversupply yang cukup besar. Sehingga harga bisa rebound tetapi akan sangat susah untuk kembali ke level di awal tahun.
Namun jika OPEC+ gagal untuk pangkas produksi di level tersebut alias volume produksi yang dipangkas di bawah itu, maka harga minyak bisa anjlok lagi atau bahkan terjun bebas.
Pasalnya tiga negara taipan minyak terbesar di dunia ya siapa lagi kalau bukan AS, Arab Saudi dan Rusia yang sudah berkontribusi kurang lebih sebesar 36% dari total pasokan minyak global
Beberapa analis meyakini dengan penurunan output minyak AS baru-baru ini cukup memuaskan Arab dan Rusia. Namun hal ini masih perlu dipastikan mengingat dalam perang harga antara Arab dan Rusia, AS juga secara tidak langsung diserang agar ikut memangkas produksi minyaknya.
Jadi fokus saat ini ada pada tiga hal tersebut seberapa besar volume pemangkasan produksinya, bagaimana distribusi pemangkasannya hingga sampai kapan ini dilakukan dalam rangka untuk menjaga keseimbangan supply dan demand.
Kalau perundingan malah berjalan dengan alot, tentu bisa ditebak ke mana arah pasar selain bergerak kembali menuju selatan. Harga minyak yang sudah terlampau murah bahkan menyentuh level terendah dalam dua decade terakhir telah membuat industri di sektor perminyakan terpukul.
Pasalnya jika harga minyak anjlok dalam maka margin menjadi tergerus dan aktivitas pengeboran minyak menjadi tidak ekonomis lagi. Ujung-ujungnya industri perminyakan pun sekarat.
Harga minyak di bawah US$ 20/barel mungkin masih bisa diterima oleh Arab Saudi karena biaya produksinya yang murah atau kurang dari US$ 10/barel. Namun bag Rusia dan negara-negara produsen minyak yang lain, ini seolah jadi tanda-tanda kiamat bagi perekonomian mereka yang bertumpu pada komoditas ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular