
IHSG Berbunga-bunga Pagi Ini, tapi Melorot Lagi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 April 2020 09:21

Walaupun sentimen eksternal memang cenderung membaik, hal tersebut tak lantas membuat IHSG kembali dilirik investor asing. Sejak awal tahun IHSG mencatatkan koreksi lebih dari 26%. Investor asing pun masih jaga jarak dengan bursa saham Tanah air. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang mencapai Rp 12,1 triliun di sepanjang tahun ini.
Ada beberapa hal yang membuat investor asing masih jaga jarak dengan bursa saham tanah air. Pertama adalah adanya keraguan bahwa Indonesia dapat menangani wabah corona dengan baik.
Data Worldometer memyebutkan, sejauh ini hanya 52 orang dari 1 juta penduduk Indonesia yang sudah menjalani uji corona. Sementara di Malaysia angkanya mencapai 1.799 dan Singapura jauh lebih tinggi yaitu 11.110. Di level Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari Myanmar. Padahal jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbanyak dengan lebih dari 270 juta jiwa
Selain itu, data-data perekonomian yang dirlis baru-baru ini sudah mulai menunjukkan dampak dari pandemic corona terhadap ibu pertiwi. Dimulai dari sektor manufaktur, angka Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia bulan Maret yang mengalami kontraksi sebesar 45,3.
Selain angka PMI, rilis data penjualan eceran bulan Februari oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan adanya kontraksi sebesar 0,8% (yoy). Penjualan ritel bulan Maret diperkirakan terkontraksi lebih dalam hingga 5,4% (yoy).
Hal ini senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI yang juga tergerus. Pada Maret posisi IKK berada di angka 113. Padahal di bulan sebelumnya berada di angka 117. Tak bisa dipungkiri optimisme konsumen dalam memandang perekonomianm memang mulai tergerus.
Outflow yang terjadi baik di pasar saham maupun di SBN membuat kinerja rupiah yang bergantung pada hot money menjadi tertekan. Rupiah dibanderol di level Rp 16.000/US$. Hal ini membuat BI mengeluarkan amunisinya untuk menstabilkan nilai tukar yang berujung pada tergerusnya cadangan devisa RI sebesar US$ 10 miliar pada Maret lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Ada beberapa hal yang membuat investor asing masih jaga jarak dengan bursa saham tanah air. Pertama adalah adanya keraguan bahwa Indonesia dapat menangani wabah corona dengan baik.
Data Worldometer memyebutkan, sejauh ini hanya 52 orang dari 1 juta penduduk Indonesia yang sudah menjalani uji corona. Sementara di Malaysia angkanya mencapai 1.799 dan Singapura jauh lebih tinggi yaitu 11.110. Di level Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari Myanmar. Padahal jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbanyak dengan lebih dari 270 juta jiwa
Selain itu, data-data perekonomian yang dirlis baru-baru ini sudah mulai menunjukkan dampak dari pandemic corona terhadap ibu pertiwi. Dimulai dari sektor manufaktur, angka Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia bulan Maret yang mengalami kontraksi sebesar 45,3.
Selain angka PMI, rilis data penjualan eceran bulan Februari oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan adanya kontraksi sebesar 0,8% (yoy). Penjualan ritel bulan Maret diperkirakan terkontraksi lebih dalam hingga 5,4% (yoy).
Hal ini senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI yang juga tergerus. Pada Maret posisi IKK berada di angka 113. Padahal di bulan sebelumnya berada di angka 117. Tak bisa dipungkiri optimisme konsumen dalam memandang perekonomianm memang mulai tergerus.
Outflow yang terjadi baik di pasar saham maupun di SBN membuat kinerja rupiah yang bergantung pada hot money menjadi tertekan. Rupiah dibanderol di level Rp 16.000/US$. Hal ini membuat BI mengeluarkan amunisinya untuk menstabilkan nilai tukar yang berujung pada tergerusnya cadangan devisa RI sebesar US$ 10 miliar pada Maret lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular