IHSG Berbunga-bunga Pagi Ini, tapi Melorot Lagi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 April 2020 09:21
IHSG Berbunga-bunga Pagi Ini, tapi Melorot Lagi
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini bergerak di zona hijau usai pembukaan. Penguatan IHSG di pagi ini senada dengan bursa saham global akibat beberapa sentimen positif

Pada pembukaan perdagangan Kamis (9/4/2020), IHSG berada di posisi dengan level penutupan kemarin di 4.626,7 usai ditutup anjlok 3,18%. Pada 09.05 WIB, IHSG melesat 0,76% ke level 4.661,75.

Namun pada pukul 09.19 WIB, IHSG masih labil dengan terkoreksi 1,31% di level 4.567, meskipun asing masuk Rp 39 miliar pada perdagangan terakhir pekan ini, karena besok libur Hari Raya Paskah, bertepatan dengan peringatan wafat Yesus Kristus.

Pagi ini mayoritas bursa saham utama Asia bergerak menguat. Pada 08.43 WIB, indeks Shang Hai Composite menguat 0,37%, Hang Seng melompat 0,88%, KLCI bertambah 0,42%, Straits Times naik 1,65% dan KOSPI melesat 0,67%.

Kabar baik dari Wall Street ternyata merembet ke pasar saham Asia. Tiga indeks bursa saham utama New York ditutup dengan apresiasi dini hari tadi. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 3,44%. S&P 500 melejit 3,41%, dan Nasdaq Composite terdongkrak 2,58%.

Euforia di pasar saham AS tak terlpeas dari perkembangan kasus virus corona yang mulai menunjukkan tanda-tanda sudah mencapai puncaknya. US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) mencatat pertumbuhan jumlah kasus baru pada 8 April adalah 5,53%. Terendah sejak 29 Februari dan jauh di bawah rata-rata 22 Januari-8 April yang sebesar 20,26%.

Demikian pula dengan jumlah korban meninggal. Pada 8 April jumlah kematian akibat virus corona di AS bertambah 5,72% dibandingkan hari sebelumnya. Ini menjadi yang terendah sejak kasus kematian pertama tercatat pada 29 Februari.



"Pasar saham merayakan kabar baik seputar virus corona. Kabar baik ini memang layak untuk dirayakan," kata Willie Delwiche, Investment Strategist di Baird yang berbasis di Milwaukee, seperti dikutip dari Reuters.

Kabar ini cukup menggembirakan walau risalah rapat The Fed masih diwarnai dengan suasana muram akibat pandemi.

"Penyebaran virus yang semakin luas akan menyebabkan kebijakan social distancing yang lebih ketat sehingga menyebabkan penutupan fasilitas produksi, gangguan rantai pasok, serta sentimen konsumen dan dunia usaha yang memburuk. Lebih penting lagi adalah peningkatan angka pengangguran dan kondisi keuangan yang memburuk," sebut notula itu.

Di sisi lain, sentimen positif datang dari poros Arab-Rusia dan anggota OPEC+ lain yang dikabarkan semakin dekat dengan kata sepakat untuk pangkas produksi minyak hingga 10 juta barel per hari (bpd) atau setara dengan 10% dari produksi global.

OPEC akan menggelar pertemuan via video conference hari ini. Rusia dikabarkan sudah sepakat untuk mengurangi produksi sampai 1,6 juta barel/hari.

Hal ini membuat harga minyak mentah mengalami kenaikan pada perdagangan waktu Asia pagi ini. Pukul 08.53 WIB, harga minyak Brent melesat 2,74% sementara minyak acuan AS yakni WTI naik lebih tinggi sebesar 4,58%. Ini jadi sentimen positif juga untuk bursa saham.


[Gambas:Video CNBC]




Walaupun sentimen eksternal memang cenderung membaik, hal tersebut tak lantas membuat IHSG kembali dilirik investor asing. Sejak awal tahun IHSG mencatatkan koreksi lebih dari 26%. Investor asing pun masih jaga jarak dengan bursa saham Tanah air. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang mencapai Rp 12,1 triliun di sepanjang tahun ini.

Ada beberapa hal yang membuat investor asing masih jaga jarak dengan bursa saham tanah air. Pertama adalah adanya keraguan bahwa Indonesia dapat menangani wabah corona dengan baik.

Data Worldometer memyebutkan, sejauh ini hanya 52 orang dari 1 juta penduduk Indonesia yang sudah menjalani uji corona. Sementara di Malaysia angkanya mencapai 1.799 dan Singapura jauh lebih tinggi yaitu 11.110.

Di level Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari Myanmar. Padahal jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbanyak dengan lebih dari 270 juta jiwa



Selain itu, data-data perekonomian yang dirlis baru-baru ini sudah mulai menunjukkan dampak dari pandemic corona terhadap ibu pertiwi. Dimulai dari sektor manufaktur, angka Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia bulan Maret yang mengalami kontraksi sebesar 45,3.



Selain angka PMI, rilis data penjualan eceran bulan Februari oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan adanya kontraksi sebesar 0,8% (yoy). Penjualan ritel bulan Maret diperkirakan terkontraksi lebih dalam hingga 5,4% (yoy).



Hal ini senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI yang juga tergerus. Pada Maret posisi IKK berada di angka 113. Padahal di bulan sebelumnya berada di angka 117. Tak bisa dipungkiri optimisme konsumen dalam memandang perekonomianm memang mulai tergerus.



Outflow yang terjadi baik di pasar saham maupun di SBN membuat kinerja rupiah yang bergantung pada hot money menjadi tertekan. Rupiah dibanderol di level Rp 16.000/US$. Hal ini membuat BI mengeluarkan amunisinya untuk menstabilkan nilai tukar yang berujung pada tergerusnya cadangan devisa RI sebesar US$ 10 miliar pada Maret lalu.






TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular