
Menkeu Benar, Ini Saham Winner & Loser Akibat Wabah Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati menyebutkan bahwa tak semua pelaku usaha merugi akibat wabah corona strain baru (COVID-19). Apakah pergerakan saham emiten di sektor tersebut sejalan dengan pendapat dia, berikut ini ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.
Dalam rapat dengan Komisi XI DPR terkait kondisi pendapatan negara yang anjlok karena dampak penyebaran virus pada Senin kemarin (6/4/2020), Menkeu mengatakan ada sektor-sektor usaha yang mampu mengambil peluang dan justru bertumbuh tinggi.
Di sisi lain, beberapa sektor terpukul dengan signifikan, misalnya pariwisata, hotel dan restoran, transportasi, pertambangan, dan otomotif. Berbeda dari krisis 1997 di mana Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih bertahan, krisis kali ini ceritanya berbeda untuk mereka.
"Ada yang jadi winner atau jadi loser. UMKM untuk Covid-19 terdepan kena dampaknya. Tidak ada kegiatan sosial sehingga menciptakan kesulitan," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Senin (6/4/2020).
Ada baiknya kita coba runut pernyataan Sri Mulyani tersebut dalam konteks perdagangan saham di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama tahun berjalan (year to date/YTD) telah terdepresiasi sebesar 32,23% sejak merebaknya wabah virus corona.
Dari empat sektor yang disebutkan oleh Menkeu, ada saham-saham yang memang terpukul selama krisis COVID-19. Di sektor pariwisata, saham hotel dan restoran yang paling terkoreksi sepanjang tahun berjalan adalah PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) (dengan koreksi 90%).
Di sektor transportasi, saham yang paling tertekan adalah PT Maming Enam Sembilan Mineral Tbk (AKSI) dengan koreksi mencapai 79,39%. Perseroan menyediakan jasa pengangkutan penumpang dan barang di darat, serta pengangkutan kargo termasuk hasil pertambangan.
Sementara itu, di sektor pertambangan PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) mengalami koreksi terburuk hingga mencapai 65,12%. Di sektor otomotif, PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) membukukan koreksi terburuk di antara saham sejenis yakni sebesar 63,43%.
Sebaliknya, lanjut Sri Mulyani, ada sektor usaha yang bisa bertahan dan menjadi pemenang. Contohnya adalah jasa logistik, telekomunikasi, elektronika, dan farmasi. "Termasuk APD (Alat Pelindung Diri) dan masker," ujarnya.
Jika kita konfirmasi ke kinerja saham, penyataan menkeu tersebut secara umum sejalan dengan sentimen pasar. Artinya pelaku pasar secara umum mengamini pendapat mantan Managing Director Bank Dunia tersebut.
Saham PT Satria Antaran PrimaTbk (SAPX) tercatat melonjak 40,36%, menjadi yang tertinggi di antara saham sejenis sepanjang tahun berjalan ini. Emiten pendatang baru tersebut bergerak di bidang jasa titipan, ekspedisi dan pergudangan, transportasi dan pengangkutan, percetakan, keagenan, alih daya (outsourcing) dan transaksi keuangan.
PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) yang bergerak di sektor elektronika menguat 80,51% sepanjang tahun berjalan, sedangkan BUMN farmasi PT Indofarma Tbk (INAF) juga mencatatkan lonjakan harga saham sebesar 28,74% di pasar.
Di sektor telekomunikasi rata-rata sahamnya masih mengalami penurunan secara tahun berjalan. Koreksi paling ringan di antara saham penyedia layanan seluler dan data, adalah sebesar 18,89% yang dialami saham BUMN telekomunikasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
TIM RISET CNBC INDONESIA(har/ags) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500