IHSG Ambles & Rupiah Stagnan, Ada Apa dengan Indonesia?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 April 2020 12:30
IHSG Ambles & Rupiah Stagnan, Ada Apa dengan Indonesia?
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia merah di tengah hijaunya padang rumput Asia. Apa penyebabnya?

Pada Selasa (7/4/2020) pukul 10:55 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah cukup dalam yaitu 1,65%. IHSG praktis menjadi yang terlemah di Asia, karena yang lain semuanya hijau.

Berikut perkembangan indeks saham utama Asia pada pukul 10:58 WIB:




Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang belum melemah, tetapi tidak menguat juga. Stagnan saja di Rp 16.380/US$.

Mayoritas mata uang utama Asia lainnya bahagia menapaki jalur hijau. Namun masih ada yang lebih apes dari rupiah karena terdampar di zona merah, seperti dolar Hong Kong, peso Filipina, dan baht Thailand.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 11:02 WIB:



Kalau yang lain menguat tetapi Indonesia tidak, tentu masalahnya ada di dalam negeri. Sentimen apa yang membuat investor enggan masuk ke pasar keuangan Tanah Air?


Setidaknya ada dua sentimen besar. Pertama, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa nasional pada Maret 2020 sebesar US$ 120 milar. Ambles US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

Cadangan devisa US$ 121 miliar adalah yang terendah sejak Mei tahun lalu. Kemudian koreksi US$ 9,4 miliar dalam sebulan menjadi yang terdalam sejak September 2011.




"Penurunan cadangan devisa pada Maret 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kondisi extraordinary karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia. Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.

Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi pasar berangsur-angsur pulih dan mekanisme pasar kembali berjalan sejak minggu terakhir Maret 2020. Bank Indonesia memandang bahwa tingkat nilai tukar Rupiah dewasa ini relatif memadai dan secara fundamental undervalued, dan diperkirakan akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp 15.000 per dolar AS di akhir 2020. Selain itu, Bank Indonesia akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung ketahanan eksternal dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," demikian bunyi keterangan tertulis BI.

Penurunan cadangan devisa, apalagi kalau signifikan, bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Investor akan berpandangan 'peluru' untuk menjaga rupiah semakin tipis, sehingga menurunkan kepercayaan terhadap mata uang Ibu Pertiwi.


Sentimen kedua, sepertinya pelaku pasar masih agak meragukan kapasitas, kapabilitas, dan determinasi pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-29). Padahal kasus virus corona di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebutkan per 6 April jumlah pasien corona di Indonesia adalah 2.491 orang. Dari jumlah tersebut, korban jiwa tercatat 209 orang yang berarti tingkat kematian/mortality rate berada di 8,39%.

Tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara dengan kasus lebih banyak. Misalnya AS (2,98%), Jerman (1,75%), China (4,03%), sampai Iran (6,18%).

Kemudian, data Worldometer mengungkapkan bahwa hanya 42 orang per 1 juta populasi di Indonesia yang sudah menjalani test corona. Indonesia hanya lebih baik ketimbang negara-negara seperti Zambia (34), Nigeria (24), atau Myanmar (23).



Sebagai gambaran, Bahrain telah melakukan tes corona terhadap 26.023 orang per 1 juta penduduk. Berapa jumlah penduduk di Bahrain? 1.687.482 jiwa, menurut catatan. Worldometer.

Berapa jumlah penduduk Indonesia? 272.854.042 jiwa.

"Perlambatan ekonomi terjadi di mana-mana sehingga investor tidak punya banyak pilihan. Kami melihat virus corona membuat investor tidak lagi melihat imbalan dalam berinvestasi. Investor memilih aset di negara yang dipandang virus corona lebih bisa dijinakkan melalui langkah-langkah penanggulangan," kata Stephen Innes, Chief Global Market di AxiCorp, seperti dikutip dari Reuters.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular