
Dampak Corona
Bandara-Bandara Mulai Sepi, Penumpang Garuda Merosot 60%
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
07 April 2020 11:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mencatat adanya penurunan penumpang yang cukup signifikan. Hal ini merupakan dampak dari penyebaran virus corona (Covid-19).
"Kita resminya sekitar 40% tapi di waktu tertentu penurunannya cukup dalam sampai mencapai 60%. Jadi kita tidak mau menutupi kondisi ini," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/4/20).
Menurutnya, penurunan itu sudah begitu kasat mata. Betapa tidak, kondisi ini tercermin dari sepinya pergerakan orang di banyak bandara di Indonesia.
"Jadi memang penurunan ini sangat tajam dan kita tidak dapat menghindari itu. Yang kita perlu memastikan, siapapun yang memutuskan airline-nya terbang, itu terbang dengan aman. Itu yang paling penting," tegasnya.
Garuda juga terus memonitor pergerakan penumpang sampai menjelang lebaran. Dikatakan, biasanya momentum lebaran merupakan 'masa panen' penumpang. Namun kali ini hal itu tak dapat terealisasi.
"Kami terlibat cukup dalam pada aktivitas pemerintah di rencana tolak mudik. Tentu saja biasanya mudik lebaran adalah salah satu peak time buat airline. Seperti Garuda biasanya sangat sibuk jelang lebaran. Tapi kali ini kita bersama menganjurkan orang untuk menghindari mudik, namun kalau dipaksakan kita tetap support mereka yang mudik," urainya.
Irfan menegaskan, Garuda tidak akan menutup rute penerbangan secara keseluruhan. Tercatat, Garuda hanya menutup rute yang memang dilarang seperti ke China dan Arab Saudi.
Di luar itu, Garuda memastikan rutenya masih beroperasi meski mengalami sejumlah evaluasi frekuensi terbang. Dia memberi contoh penerbangan dari Indonesia ke Amsterdam, Belanda.
"Seperti ke Amsterdam kita masih terbang. Karena penting, kita terbang ke sana bagi warga negara asing yang mau pulang ke kampung halamannya maupun juga WNI, pelajar- pelajar Indonesia yang ingin pulang ke Indonesia," urainya.
Bagi Garuda, sangat penting untuk kita pertahankan jalur tersebut walaupun dari waktu ke waktu frekuensinya terus dimonitor. Sejauh ini, penerbangan ke Amsterdam masih terlaksana 4 kali seminggu. Namun, dia punya rencana dalam waktu dekat akan diubah menjadi 2 kali seminggu.
"Tetapi kita pastikan sampai hari ini kita tetap terbang, walaupun mobilitas sangat terbatas tapi masih banyak orang yang dalam kondisi tertentu harus bepergian. Salah satunya pulang ke kampung halaman masing-masing, seperti warga negara asing yang ingin pulang," tegasnya.
"Demikian juga Australia, Jepang, Korea, jadi kita pastikan itu tetap berlangsung. Kami komitmen dengan para duta besar, kami sampaikan informasi tersebut, kami juga sampai ke Kemenlu bahwa kami tetap terbang," lanjutnya.
(hoi/hoi) Next Article Belum Bisa Terbang Tinggi, Garuda Rugi Lagi
"Kita resminya sekitar 40% tapi di waktu tertentu penurunannya cukup dalam sampai mencapai 60%. Jadi kita tidak mau menutupi kondisi ini," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/4/20).
Menurutnya, penurunan itu sudah begitu kasat mata. Betapa tidak, kondisi ini tercermin dari sepinya pergerakan orang di banyak bandara di Indonesia.
Garuda juga terus memonitor pergerakan penumpang sampai menjelang lebaran. Dikatakan, biasanya momentum lebaran merupakan 'masa panen' penumpang. Namun kali ini hal itu tak dapat terealisasi.
"Kami terlibat cukup dalam pada aktivitas pemerintah di rencana tolak mudik. Tentu saja biasanya mudik lebaran adalah salah satu peak time buat airline. Seperti Garuda biasanya sangat sibuk jelang lebaran. Tapi kali ini kita bersama menganjurkan orang untuk menghindari mudik, namun kalau dipaksakan kita tetap support mereka yang mudik," urainya.
Irfan menegaskan, Garuda tidak akan menutup rute penerbangan secara keseluruhan. Tercatat, Garuda hanya menutup rute yang memang dilarang seperti ke China dan Arab Saudi.
Di luar itu, Garuda memastikan rutenya masih beroperasi meski mengalami sejumlah evaluasi frekuensi terbang. Dia memberi contoh penerbangan dari Indonesia ke Amsterdam, Belanda.
"Seperti ke Amsterdam kita masih terbang. Karena penting, kita terbang ke sana bagi warga negara asing yang mau pulang ke kampung halamannya maupun juga WNI, pelajar- pelajar Indonesia yang ingin pulang ke Indonesia," urainya.
Bagi Garuda, sangat penting untuk kita pertahankan jalur tersebut walaupun dari waktu ke waktu frekuensinya terus dimonitor. Sejauh ini, penerbangan ke Amsterdam masih terlaksana 4 kali seminggu. Namun, dia punya rencana dalam waktu dekat akan diubah menjadi 2 kali seminggu.
"Tetapi kita pastikan sampai hari ini kita tetap terbang, walaupun mobilitas sangat terbatas tapi masih banyak orang yang dalam kondisi tertentu harus bepergian. Salah satunya pulang ke kampung halaman masing-masing, seperti warga negara asing yang ingin pulang," tegasnya.
"Demikian juga Australia, Jepang, Korea, jadi kita pastikan itu tetap berlangsung. Kami komitmen dengan para duta besar, kami sampaikan informasi tersebut, kami juga sampai ke Kemenlu bahwa kami tetap terbang," lanjutnya.
(hoi/hoi) Next Article Belum Bisa Terbang Tinggi, Garuda Rugi Lagi
Most Popular