
Penyebaran COVID-19 di Eropa Melambat, Euro Malah Melemah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 April 2020 20:14

Jakarta, CNBC Indoesia - Nilai tukar euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (20/4/2020) meski penyebaran pandemi virus corona (COVID-19) di Eropa mulai melambat.
Pada pukul 19:29 WIB, euro melemah 0,18% di US$ 1,0789 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan lalu, mata uang 19 negara ini selalu melemah alias mencatat pelemahan 5 hari beruntun, dengan total 3,15%.
Melambatnya pandemi COVID-19 terlihat dari penurunan jumlah kasus baru di Jerman dalam tiga hari beruntun hingga Minggu kemarin. Kemudian Spanyol, jumlah korban meninggal pada Minggu kemarin sebanyak 674 orang, menurun jauh dari laporan hari Sabtu sebanyak 809 orang, dan sekitar setengahnya dari laporan harian pekan lalu.
Italia juga sama, jumlah korban meninggal dilaporkan sebanyak 525 orang, menjadi penambahan korban meninggal terendah sejak 19 Maret.
Tanda-tanda pelambatan penyebaran tersebut tentunya menjadi kabar baik. Pandemi COVID-19 di Eropa bisa jadi sudah mencapai puncaknya, dan kini dalam tren menurun, hingga berhasil dihentikan.
Ketika COVID-19 berhasil dihentikan, maka perekonomian Eropa akan segera bisa bangkit, berkaca dari China. Apalagi, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menggelontorkan stimulus dengan jumlah besar.
ECB pada 18 Maret lalu mengumumkan akan menggelontorkan program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) senilai 50 miliar euro (US$ 820 miliar). Sementara itu, suku bunga saat ini sudah sangat rendah bahkan minus.
Pada bulan September tahun lalu ECB yang masih dipimpin Mario Draghi memangkas suku bunga deposit facility sebesar 10 bps menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%, serta mengaktifkan QE senilai 20 miliar euro per bulan.
Kabar pelambatan laju penyebaran COVID-19 di Eropa membuat bursa saham Eropa menghijau pada hari ini tetapi sayangnya mata uang euro justru masih melempem melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Pada pukul 19:29 WIB, euro melemah 0,18% di US$ 1,0789 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan lalu, mata uang 19 negara ini selalu melemah alias mencatat pelemahan 5 hari beruntun, dengan total 3,15%.
Melambatnya pandemi COVID-19 terlihat dari penurunan jumlah kasus baru di Jerman dalam tiga hari beruntun hingga Minggu kemarin. Kemudian Spanyol, jumlah korban meninggal pada Minggu kemarin sebanyak 674 orang, menurun jauh dari laporan hari Sabtu sebanyak 809 orang, dan sekitar setengahnya dari laporan harian pekan lalu.
Tanda-tanda pelambatan penyebaran tersebut tentunya menjadi kabar baik. Pandemi COVID-19 di Eropa bisa jadi sudah mencapai puncaknya, dan kini dalam tren menurun, hingga berhasil dihentikan.
Ketika COVID-19 berhasil dihentikan, maka perekonomian Eropa akan segera bisa bangkit, berkaca dari China. Apalagi, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menggelontorkan stimulus dengan jumlah besar.
ECB pada 18 Maret lalu mengumumkan akan menggelontorkan program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) senilai 50 miliar euro (US$ 820 miliar). Sementara itu, suku bunga saat ini sudah sangat rendah bahkan minus.
Pada bulan September tahun lalu ECB yang masih dipimpin Mario Draghi memangkas suku bunga deposit facility sebesar 10 bps menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%, serta mengaktifkan QE senilai 20 miliar euro per bulan.
Kabar pelambatan laju penyebaran COVID-19 di Eropa membuat bursa saham Eropa menghijau pada hari ini tetapi sayangnya mata uang euro justru masih melempem melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular