
Perangi Corona, Eropa Bakal Terbitkan 'Coronabonds'

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua Komisaris Eropa mendesak Jerman untuk mendukung surat utang khusus yang akan dikeluarkan Uni Eropa (UE) untuk memerangi krisis yang ditimbulkan wabah virus corona (COVID-19).
Desakan itu disampaikan karena negara-negara Eropa utara yang kaya, seperti Austria dan Belanda dan juga Jerman, masih enggan memberi dukungan untuk meluncurkan surat berharga yang disebut 'coronabonds' itu.
"Seperti Bank Sentral Eropa di bidang moneter dan keuangan, negara-negara anggota sekarang harus membuktikan semangat bersama yang menentukan dan inovatif," tulis Komisaris Eropa bidang Pasar Internal dan Layanan, Thierry Breton dan Komisaris Eropa bidang Ekonomi Paolo Gentiloni, dalam harian Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ), Senin (6/4/2020).
Lebih lanjut, Breton dan Gentiloni mengatakan surat berharga itu bisa meniru bentuk dana Eropa (Eropa fund) yang fungsi eksplisitnya memungkinkan penerbitan obligasi jangka panjang.
"Sangat terbatas pada investasi kolektif untuk revitalisasi industri dalam konteks krisis saat ini, instrumen itu akan menjadi bukti solidaritas yang tak tergoyahkan di antara negara-negara UE," kata mereka.
Menurut AFP, alasan yang menyebabkan negara Eropa utara enggan mendukung langkah itu adalah karena para politisi konservatif khawatir rencana itu berarti adanya mutualisasi (menanggung bersama) dari semua utang (sovereign debts) dan pembayar pajak negara-negara Eropa utara dikhawatirkan akan dimanfaatkan negara-negara di Eropa selatan.
Untuk mencari solusi bagi masalah ini, para menteri keuangan dari negara-negara anggota zona euro akan bertemu pada Selasa.
Sebelumnya pada Jumat, Wakil Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mengusulkan tiga skema untuk coronabonds, di mana yang pertama yaitu mekanisme pinjaman murah yang dipakai saat krisis keuangan atau yang disebut Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM).
Kedua yaitu, skema uang tunai dari Bank Investasi Eropa dan ketiga skema reasuransi pengangguran Uni Eropa yang besar.
Sementara itu, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen juga telah menjanjikan program seperti "Rencana Marshall" pascakrisis untuk UE selama periode 7 tahun berjalan berikutnya dari 2021-2027. Rencana ini akan didanai melalui anggaran bersama yang ada, katanya.
Rencana Marshall adalah program ekonomi era 1947-1951 yang digagas Sekretaris Negara AS George Marshall, guna membangun ekonomi negara-negara Eropa usai Perang Dunia II.
Menanggapi rencana Scholz, Breton dan Gentiloni berpendapat bahwa akan diperlukan "pilar keempat" bantuan keuangan untuk mengatasi krisis, mengingat besarnya jumlah yang dilibatkan.
Permintaan itu disampaikan mereka di saat kondisi ekonomi negara-negara Eropa, seperti Jerman, sedang mengalami tekanan akibat wabah Covid-19. Sebagaimana dilaporkan Reuters, proyeksi ekspor di sektor mobil Jerman telah jatuh ke level terendah sejak Maret 2009, kata lembaga Ifo Jerman, Senin.
"Prospek untuk sektor mobil Jerman telah memburuk secara signifikan karena krisis virus corona," kata Ifo.
Lembaga ini mengatakan ekspektasi bisnis di sektor ini untuk beberapa bulan mendatang telah turun ke -33,7 dari -19,7 pada Februari.
(res) Next Article Duh! Gegara Omicron, Kasus Covid RI Melonjak Gak Karuan
