
Asing Masuk, Harga Obligasi RI Tenor 10 Tahun Melesat 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia yang bertenor 10 tahun selama sepekan terakhir menguat hampir 3% atau 2,95% sehingga mampu menurunkan imbal hasil atau yield sebesar 23,7 basis poin (bps) menjadi 8,038%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Penurunan yield mengindikasikan sentimen positif karena risiko di sebuah negara penerbit surat utang berkurang.
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Penguatan dalam obligasi terdorong setelah Bank Indonesia (BI) mengungkapkan telah membeli obligasi obligasi pemerintah dalam jumlah besar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Sejak awal 2020, nilai pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh bank sentral mencapai Rp 172,5 triliun.
"BI berkomitmen melakukan stabilisasi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder. Secara year-to-date, BI telah membeli SBN sebesar Rp 172,5 triliun," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam briefing perkembangan ekonomi terkini, Selasa (31/3/2020).
Sementara di hari yang sama, Selasa lalu, pemerintah melaksanakan lelang Surat Utang Negara (SUN) untuk seri SPN12200703 (reopening), SPN12210401 (new issuance), FR0081 (reopening), FR0082 (reopening), FR0080 (reopening), FR0083 (reopening) dan FR0076 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
Pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN) senilai Rp 22,22 triliun dengan target indikatif Rp 15 triliun. Dalam penerbitan rutin Selasa ini, terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) sebesar 2 kali karena permintaan yg masuk senilai Rp 33,515 triliun lebih besar dari yang diterbitkan pemerintah.
Hal ini mencerminkan minat investor asing yang masih tinggi, itu tercermin dari lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang dimenangkan pemerintah hingga Rp 22,2 triliun, di atas target sebesar Rp 15 triliun.
BI menegaskan bahwa investor asing masih yakin terhadap prospek pasar keuangan dan perekonomian di dalam negeri. Hal ini terlihat dari mulai masuknya aliran modal asing (inflow) ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Mengacu data BI, pada periode 30 Maret-2 April 2020, terjadi net buy atau beli bersih di pasar keuangan domestik sebesar Rp 3,28 triliun. Aliran modal masuk ini dominan berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Inflow atau aliran masuk ke SBN tercatat Rp 4,09 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/tas) Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya