
COVID-19 Pukul Pasar Tenaga Kerja AS, Dolar Masih Perkasa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 April 2020 20:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat melawan mata uang Eropa pada perdagangan Jumat (3/4/2020), meski pandemi virus corona (COVID-19 sudah memukul pasar tenaga kerja Negeri Sam.
Pada pukul 19:45 WIB, dolar AS menguat melawan euro 0,56% di US$ 1,0786 dan poundsterling sebesar 0,93% di US$ 1,2256. Franc Swiss juga dibuat melemah 0,36% di 0,9774/US$.
Departemen Tenaga Kerja AS hari ini melaporkan sepanjang Maret terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 701.000 orang di sektor swasta dan pemerintah, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang menyerap 275.000 tenaga kerja. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,4% dari sebelumnya 3,5%., tetapi rata-rata gaji per jam justru naik 0,4%.
Data tersebut menimpali klaim tunjangan pengangguran AS pekan lalu yang dirilis kemarin. Jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran tercatat sebanyak 6,6 juta, atau jauh lebih banyak dari estimasi ekonom sebanyak 4 juta-5 juta orang.
Pada pekan sebelumnya, jumlah klaim pengangguran dilaporkan sebanyak 3.3 juta, ini berarti rekor kembali pecah. Sebelum ini, rekor klaim pengangguran "hanya" 695.000 dalam sepekan di tahun 1982. Bahkan saat resesi pada 2008 jumlah klaim masih belum memecahkan rekor tersebut yakni sebanyak 665.000 dalam sepekan.
Dengan demikian dalam dua pekan terakhir total jumlah klaim tunjangan pengangguran mencapai 10 juta jiwa. Memburuknya pasar tenaga kerja AS bukan merupakan hal yang mengejutkan mengingat banyak negara bagian yang mengambil kebijakan karantina wilayah lockdown) ataupun membatasi aktivitas warga guna meredam penyebaran COVID-19.
AS kini sudah menjadi episentrum penyebaran COVID-19. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE hingga saat ini jumlah kasus di AS sebanyak 245.601, dengan 6.058 meninggal dunia, dan 9.228 sembuh. Sementara secara global kasus COVID-19 sudah lebih dari 1 juta orang dengan lebih dari 54.000 orang meninggal dunia, dan 218.000 lebih sembuh.
Perekonomian AS bahkan diprediksi akan mengalami resesi hingga depresi di tahun ini akibat COVID-19. Tidak hanya AS, Eropa dan ekonomi global juga berisiko mengalami resesi akibat banyaknya negara yang menerapkan kebijakan lockdown.
Hal itu menyebabkan dolar AS masih menjadi buruan pelaku pasar karena dianggap aset safe haven, nilainya pun berhasil menguat melawan mata uang Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Pada pukul 19:45 WIB, dolar AS menguat melawan euro 0,56% di US$ 1,0786 dan poundsterling sebesar 0,93% di US$ 1,2256. Franc Swiss juga dibuat melemah 0,36% di 0,9774/US$.
Departemen Tenaga Kerja AS hari ini melaporkan sepanjang Maret terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 701.000 orang di sektor swasta dan pemerintah, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang menyerap 275.000 tenaga kerja. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,4% dari sebelumnya 3,5%., tetapi rata-rata gaji per jam justru naik 0,4%.
Data tersebut menimpali klaim tunjangan pengangguran AS pekan lalu yang dirilis kemarin. Jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran tercatat sebanyak 6,6 juta, atau jauh lebih banyak dari estimasi ekonom sebanyak 4 juta-5 juta orang.
Pada pekan sebelumnya, jumlah klaim pengangguran dilaporkan sebanyak 3.3 juta, ini berarti rekor kembali pecah. Sebelum ini, rekor klaim pengangguran "hanya" 695.000 dalam sepekan di tahun 1982. Bahkan saat resesi pada 2008 jumlah klaim masih belum memecahkan rekor tersebut yakni sebanyak 665.000 dalam sepekan.
Dengan demikian dalam dua pekan terakhir total jumlah klaim tunjangan pengangguran mencapai 10 juta jiwa. Memburuknya pasar tenaga kerja AS bukan merupakan hal yang mengejutkan mengingat banyak negara bagian yang mengambil kebijakan karantina wilayah lockdown) ataupun membatasi aktivitas warga guna meredam penyebaran COVID-19.
AS kini sudah menjadi episentrum penyebaran COVID-19. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE hingga saat ini jumlah kasus di AS sebanyak 245.601, dengan 6.058 meninggal dunia, dan 9.228 sembuh. Sementara secara global kasus COVID-19 sudah lebih dari 1 juta orang dengan lebih dari 54.000 orang meninggal dunia, dan 218.000 lebih sembuh.
Perekonomian AS bahkan diprediksi akan mengalami resesi hingga depresi di tahun ini akibat COVID-19. Tidak hanya AS, Eropa dan ekonomi global juga berisiko mengalami resesi akibat banyaknya negara yang menerapkan kebijakan lockdown.
Hal itu menyebabkan dolar AS masih menjadi buruan pelaku pasar karena dianggap aset safe haven, nilainya pun berhasil menguat melawan mata uang Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Most Popular