Kuartal I Penuh Bumbu, Gerak Harga Emas Bak Roller Coaster

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 April 2020 18:29
Duet Maut Trump & Jay Powell Bantu Tenangkan Pasar, Harga Emas Bertenaga Lagi
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Mau tak mau emas yang sudah cuan banyak akhirnya dilikuidasi untuk menutup margin calls dan kerugian pada investasi yang lain. Pengumuman itu seolah membuat pasar seperti dilanda bencana hebat. Pasar benar-benar porak poranda.

Harga saham ambrol, begitu juga komoditas. Surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun yang awalnya diburu juga ikut dilepas oleh investor. Orang jadi enggan masuk pasar. Sentimen berubah jadi risk off. Cash kembali menjadi idola, dan bukan sembarang cash tetapi dolar AS.

Saking ngerinya tekanan jual yang masif, The Fed bahkan kembali memangkas suku bunga acuan secara agresif sebesar 100 bps ke level 0 – 0,25% pada 17 Maret 2020, maju satu hari dari yang dijadwalkan. The Fed juga memulai program pembelian aset atau yang lebih dikenal dengan quantitative easing (QE) sebesar US$ 700 miliar dan siap membeli obligasi pemerintah AS serta efek beragun aset residensial.



Namun bukannya membuat pasar tenang, investor malah lagi-lagi semakin menjaga jarak dengan pasar. Harga emas pun ikut anjlok. . Pada 19 Maret 2020, harga emas di tutup di bawah level US$ 1.500/troy ons. Artiny hanya dalam kurun waktu 10 hari saja, harga emas sudah merosot tajam lebih dari 10%. Penguatan dolar AS yang signifikan juga berkontribusi dalam menekan harga emas.

Namun pekan lalu, harga emas cukup mendapat tenaga setelah The Fed mengumumkan akan membeli obligasi korporasi dan juga ETF-nya serta QE akan dilakukan dengan nilai tak terbatas. Tak sampai di situ juga, pekan lalu kekhawatiran di pasar juga cukup mereda setelah Senat & DPR AS meloloskan RUU paket stimulus ekonomi AS yang nilainya jumbo.

Paket stimulus ekonomi senilai US$ 2,2 triliun dan program QE tak terbatas serta untuk pertama kalinya bank sentral AS membeli obligasi korporasi merupakan sejarah bagi negeri adidaya seperti AS.



Pasar yang jadi agak kalem membuat investor per lahan-lahan kembali ke pasar. Logam mulia emas pun ikut terkena sentimen positifnya. Walau emas berperan sebagai aset safe haven, harga emas bisa merosot kapan saja. Apalagi kalau pasar saham terkoreksi sangat parah. Kurang lebih itulah kisah logam mulia emas di kuartal pertama tahun ini. Jadi wajar saja kalau harganya bak roller coaster.





TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular